Baru-baru ini, brand pakaian asal Spanyol, Zara, menemukan dirinya terlibat dalam kontroversi global setelah meluncurkan koleksi terbarunya yang memicu reaksi boikot di berbagai negara. Kontroversi ini timbul karena dugaan penggambaran kejadian nahas genosida di Gaza dalam kampanye promosi mereka, yang mana saat ini tengah dilanda perang.
Koleksi yang diberi nama “The Jacket” memunculkan potret-potret manekin yang dibungkus dengan kain putih dan plastik. Banyak yang menilai gambar-gambar tersebut mirip dengan jenazah yang dibungkus dengan kain pemakaman tradisional serba putih di Gaza, serta peta Palestina yang terbalik.
Tidak hanya itu, Zara juga menggunakan simbol dan adegan penghancuran yang sangat mirip dengan bangunan yang hancur di Gaza dalam kampanye tersebut.
Meskipun Zara bersikeras bahwa fokus kampanye mereka adalah pada desain pakaian, gambar-gambar tersebut menciptakan gelombang reaksi keras dari masyarakat. Sejumlah pihak mengecam penggunaan kematian dan kehancuran sebagai latar belakang untuk kepentingan fesyen, menyatakan bahwa hal tersebut tidak hanya tidak pantas, tetapi juga sangat mengerikan.
Seniman Palestina, Hazem Harb, menyuarakan ketidakpuasannya di Instagram dengan menulis, “Menggunakan kematian dan kehancuran sebagai latar belakang fesyen adalah hal yang sangat mengerikan. Ini seharusnya membuat kita marah sebagai konsumen. Boikot Zara.”
Melansir Viva, banyak individu lain juga mengekspresikan frustrasi dan kemarahan mereka, mengajukan seruan boikot terhadap Zara atas sikap tidak hormat yang ditunjukkan di tengah situasi konflik di Gaza. Pesan yang menyatakan bahwa “penderitaan bukanlah estetika” dan bahwa “anak-anak yang sekarat bukanlah sumber inspirasi” menjadi teriakan keras dari warga Palestina yang merasa tersinggung.
Beberapa dari mereka bahkan membandingkan gambar-gambar Zara dengan foto-foto nyata warga Palestina yang menggendong jenazah orang yang mereka cintai dalam balutan pakaian putih, menyoroti perbedaan yang mencolok. Tagar #boycottzara pun mulai ramai digunakan sebagai bentuk protes online.
Tidak dapat diabaikan bahwa ini bukan pertama kalinya Zara terlibat dalam kontroversi terkait konflik Israel-Palestina. Pada Oktober 2022, warga Palestina telah memulai kampanye boikot setelah pemegang hak Zara di Israel menyatakan dukungannya terhadap partai ekstremis Pasukan Yahudi.
Keseluruhan kontroversi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang tanggung jawab sosial dan etika perusahaan global dalam menanggapi isu-isu berat seperti konflik politik dan kemanusiaan.