TOKYO, JEPANG – Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi pada Senin (18/11) bahwa Angkatan Udara Bela Diri (ASDF) telah mengerahkan jet tempur setelah mendeteksi objek yang diduga drone milik China di wilayah udara dekat Pulau Yonaguni, hanya 110 kilometer dari Taiwan, pada Sabtu (16/11) lalu.
Insiden ini menjadi puncak terbaru dari rangkaian provokasi di tengah memanasnya hubungan Jepang-China, terpicu pernyataan tegas Perdana Menteri Sanae Takaichi soal kemungkinan intervensi militer Tokyo jika Taiwan diserang.
Sehari sebelum drone terdeteksi, empat kapal penjaga pantai China tercatat memasuki perairan teritorial Jepang di sekitar Kepulauan Senkaku selama beberapa jam pada Minggu (15/11). Kepulauan yang dikelola Jepang namun diklaim China sebagai Diaoyu itu kembali menjadi titik gesekan klasik kedua negara.
“Kami telah mengusir kapal-kapal tersebut,” ujar Sekretaris Kabinet Jepang Minoru Kihara dalam jumpa pers rutin.
Takaichi: Serangan ke Taiwan Ancam Kelangsungan Hidup Jepang
Perdana Menteri Takaichi, yang dikenal vokal mengkritik ekspansi militer China, pada 7 November lalu menyatakan di parlemen:
“Keadaan darurat di Taiwan yang melibatkan kapal perang dan penggunaan kekuatan berpotensi mengancam kelangsungan hidup Jepang.”
Pernyataan itu merujuk pada doktrin “ancaman eksistensial” dalam undang-undang pertahanan Jepang yang memungkinkan penggunaan kekuatan militer dalam situasi tertentu—salah satunya jika Taiwan, yang hanya berjarak sekitar 100 km dari wilayah Jepang, menjadi sasaran serangan.
Respons China langsung keras. Seorang diplomat China di Konsulat Jenderal Shanghai di Osaka, Xue Jian, mengancam akan “memenggal kepala PM Jepang” karena dianggap ikut campur urusan Taiwan. Xue sebelumnya juga menyebut Takaichi sebagai “penyihir jahat”.
Taiwan Minta China Tunjukkan Sikap Negara Besar
Presiden Taiwan Lai Ching-te menanggapi eskalasi tersebut pada Senin (18/11). Dalam pernyataan kepada media, Lai menyerukan:
“China harus kembali ke jalur tatanan internasional berbasis aturan, yang akan membantu menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan.”
Ia juga meminta Beijing “menunjukkan kendali diri, bertindak seperti negara besar, dan tidak menjadi pembuat masalah” di Asia-Pasifik.
AS Kecam Ancaman Diplomat China, Media Beijing Serang Balik
Amerika Serikat turut bereaksi. Duta Besar AS untuk Jepang, George Glass, melalui akun X-nya mengutuk keras pernyataan Xue Jian dan menyebut ancaman pemenggalan itu “tidak dapat diterima”.
Sementara itu, People’s Daily—media resmi Partai Komunis China—menulis editorial keras:
“Pernyataan berbahaya Takaichi, yang telah menyentuh saraf semua pihak, bukan hanya ketidakbijaksanaan strategis, tetapi juga provokasi yang disengaja.”
Jepang Kirim Utusan Khusus ke China
Untuk mencegah situasi semakin memburuk, Kementerian Luar Negeri Jepang mengutus Direktur Jenderal Urusan Asia dan Oseania, Masaaki Kanai, ke Beijing pada Senin ini.
“Kami berusaha untuk tidak memperburuk situasi,” tegas Kanai sebelum berangkat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Kementerian Luar Negeri China terkait insiden drone dan kunjungan utusan Jepang.
Ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Timur kembali memasuki fase kritis, memicu kekhawatiran akan salah hitung yang dapat memicu konflik lebih luas di kawasan.