PYONGYANG – Adik pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Kim Yo Jong menuding Amerika Serikat telah menyusupkan pesawat mata-mata militer AS ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif Korea Utara. Penyusupan pesawat mata-mata militer AS diketahui sebanyak delapan kali sejak awal pekan ini.
Kim Yo Jong memperingatkan bahwa pasukan AS akan menghadapi konsekuensi serius jika terus melanjutkan apa yang ia sebut sebagai “penyusupan ilegal”.
Tuduhan ini sebelumnya juga diungkapkan pada Senin (10/7) waktu setempat, ketika Korut mengklaim bahwa AS melanggar wilayah udara mereka dengan melakukan penerbangan pengintaian. Pyongyang telah mengancam akan menembak jatuh pesawat pengintai Amerika jika pelanggaran tersebut terus terjadi.
Dalam hal ini Pentagon membantah tuduhan Korut tentang pelanggaran wilayah udara. Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, menegaskan bahwa militer AS telah mematuhi hukum internasional.
Dalam pernyataan terbarunya pada Selasa (11/7) waktu setempat, yang dilaporkan oleh Korean Central News Agency (KCNA), Kim Yo Jong menuding Angkatan Udara AS telah menyusup ke dalam “zona perairan ekonomi” Korut pada Senin (10/7) waktu setempat, di sepanjang pantai timur Semenanjung Korea.
Pesawat mata-mata militer AS tersebut dikatakan terbang di atas perairan sekitar 435 kilometer di sebelah timur Tongchon, Provinsi Gangwon, dan sekitar 276 kilometer di sebelah tenggara Uljin, Provinsi Gyeongsang Utara.
Meskipun delapan kali penyusupan dilaporkan, tidak dijelaskan secara rinci waktu penyusupan tersebut terjadi.
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu negara biasanya meluas hingga 200 mil laut dari zona teritorial 12 mil laut di sekitar pantai. ZEE memberikan hak kepada negara untuk memanfaatkan sumber daya laut di dalamnya, tetapi tidak memberikan kedaulatan atas permukaan air atau ruang udara di atasnya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dalam tanggapannya terhadap pernyataan Korut, menyerukan agar Korut “menahan diri dari tindakan eskalasi” dan kembali mendesak Pyongyang untuk “terlibat dalam diplomasi yang serius dan berkelanjutan”.
Dalam pernyataannya yang dirilis oleh KCNA, Kim Yo Jong juga meminta Korea Selatan (Korsel) untuk tidak terlibat dalam insiden ini, menyebutnya sebagai “masalah antara Tentara Rakyat Korea dan pasukan AS”.
Kepala Staf Gabungan Korsel, dalam komentarnya, menuduh Korut meningkatkan ketegangan dengan menggunakan ancaman terhadap apa yang disebutnya sebagai “aktivitas penerbangan normal” oleh aliansi Korsel-AS.