Hubungan diplomatik Jepang dan Tiongkok memasuki fase paling tegang sejak 2012, setelah komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi soal intervensi militer Tokyo dalam skenario “ancaman eksistensial” dari Beijing terhadap Taiwan memicu gelombang balasan keras dari Tiongkok.
Hanya dalam dua minggu, ratusan ribu wisatawan Tiongkok membatalkan perjalanan ke Jepang, saham pariwisata Tokyo anjlok hingga 10%, dan Beijing secara terbuka memperingatkan warganya untuk menghindari perjalanan ke Negeri Sakura.
Sementara itu, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan keamanan bagi warganya di Tiongkok, meminta mereka menghindari kerumunan dan menjaga keselamatan ekstra. Apa yang sebenarnya terjadi di balik eskalasi ini, dan bisakah diplomasi meredam api konflik regional yang kian membara?
Kronologi Eskalasi: Dari Pernyataan Takaichi Hingga Boikot Massal
Semuanya bermula pada 8 November 2025, saat Takaichi, yang baru menjabat PM sejak Oktober lalu, menyatakan dalam pidato di Tokyo bahwa “upaya Tiongkok merebut Taiwan dengan kekerasan akan menjadi ancaman eksistensial bagi Jepang”.
Pernyataan ini, yang menggemakan dukungan AS terhadap Taiwan, langsung memicu kemarahan Beijing. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebutnya sebagai “pelanggaran prinsip Satu Tiongkok” dan “provokasi berbahaya yang mengancam perdamaian regional”.
Puncaknya terjadi 17 November, ketika Tiongkok mengumumkan langkah konkret: penangguhan rilis film Jepang di bioskop domestiknya, termasuk proyek kolaborasi seperti adaptasi anime terbaru. Tak berhenti di situ, Kementerian Kebudayaan Tiongkok mendesak warganya untuk “menghindari perjalanan ke Jepang” dan membatalkan reservasi, yang langsung berdampak pada sektor pariwisata.
Estimasi dari Asosiasi Travel Tiongkok menyebut sekitar 500.000 penerbangan wisatawan dibatalkan dalam seminggu terakhir, merugikan Jepang hingga miliaran yen.
Pembicaraan diplomatik tingkat tinggi antara utusan Jepang dan Tiongkok di Beijing pada 17 November berakhir tanpa kesepakatan, menambah kegelisahan para analis. “Beijing menuntut penarikan pernyataan Takaichi, tapi Tokyo bersikukuh bahwa itu hak kedaulatan,” kata seorang diplomat Jepang yang enggan disebut namanya.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian menegaskan: “Jepang harus menghentikan retorika ‘kontingensi Taiwan’ yang memprovokasi, atau siap menghadapi konsekuensi lebih lanjut.”