Bencana tanah longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus menjadi sorotan nasional. Memasuki hari ketiga operasi pencarian dan pertolongan (SAR), tim gabungan berhasil menemukan tiga jenazah lagi pada Sabtu (15/11/2025), membawa total korban tewas menjadi enam orang, sementara 17 warga lainnya masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun material longsor setinggi 7-8 meter.
Longsor yang terjadi pada Kamis malam (13/11/2025) pukul 19.20 WIB ini menimbun belasan rumah di Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut (Cibonto), dengan luas dampak mencapai 6,5 hektar, memicu kekhawatiran warga atas potensi longsor susulan akibat hujan deras yang tak kunjung reda.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI (Ret) Suharyanto, yang turun langsung ke lokasi pada Jumat (14/11/2025), menegaskan bahwa prioritas utama adalah percepatan SAR di dua sektor utama: Worksite A (Dusun Cibuyut) dan Worksite B (Dusun Tarukahan).
“Kami telah mengerahkan ratusan personel, termasuk 155 dari Polri, sembilan anjing pelacak dari TNI, Polri, dan Basarnas, serta sembilan alat berat seperti ekskavator,” ujarnya dalam konferensi pers di posko darurat.
Hingga pukul 11.52 WIB hari ini, tim SAR menemukan tiga jenazah di sektor A2: Muhammad Hafiz (6 tahun), Nurisnaini (30 tahun), dan Asmanto (70 tahun), yang dievakuasi ke RSUD Majenang untuk visum. Sebelumnya, dua korban tewas ditemukan pada hari kedua, termasuk satu bagian tubuh yang dievakuasi.
Penyebab Longsor
Penyebab longsor ini, menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, adalah kombinasi curah hujan tinggi yang mengaktifkan gerakan tanah lama, lereng curam dengan kemiringan hingga 45 derajat, serta tanah gembur yang mudah jenuh air.
Lokasi bencana masuk zona gerakan tanah menengah, dengan koordinat 7.290648° LS dan 108.742234° BT. Prof. Dwikorita Karnawati dari UGM menyoroti retakan ‘tapal kuda’—lengkungan retak di lereng—sebagai alarm awal yang sering terabaikan.
“Retakan ini muncul sebelum longsor, tapi erosi hujan mempercepat sliding. Warga harus segera evakuasi jika melihat tanda itu,” katanya, menambahkan bahwa hujan deras nyaris setiap hari di kawasan ini menjadi pemicu utama.
Warga Desa Cibeunying kini dirundung kecemasan ganda. Di Dusun Nagari bagian atas, rekahan tanah baru muncul, memicu evakuasi darurat oleh BPBD Cilacap. Tokoh masyarakat Kusnana mengungkapkan, “Sudah ada gerakan tanah susulan dari atas. Hujan deras bikin tanah labil, kami takut longsor lagi.”
Total Korban Terdata 46 Orang
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan duka mendalam dan memfokuskan bantuan provinsi untuk pencarian korban, dengan target pemulihan 20 warga hilang yang masih tertimbun. Kementerian Sosial (Kemensos) juga mengirim logistik dan santunan, sementara posko pengungsian dan dapur umum telah didirikan di balai desa.
Untuk mengantisipasi hujan yang bisa memperburuk situasi, BNPB berencana lakukan modifikasi cuaca (cloud seeding) mulai Minggu (16/11/2025) guna kurangi intensitas curah hujan di radius 10 km sekitar lokasi.
Operasi SAR dijadwalkan berlanjut hingga 72 jam ke depan, dengan pengerahan tambahan personel dari Polda Jateng dan Basarnas. Kapolresta Cilacap, Kombes Budi Adhy Buono, menekankan kehati-hatian: “Kondisi tanah masih tidak stabil, pencarian dilakukan bergantian pagi-sore untuk hindari risiko.”
Bencana ini menjadi pengingat akan kerentanan wilayah pegunungan Jawa Tengah terhadap longsor, terutama di musim hujan. Pemerintah daerah telah memperingatkan warga di 15 desa rawan untuk waspada, sementara relawan dan donasi publik terus mengalir.
Hingga kini, total korban terdata mencapai 46 orang, dengan 17 masih dalam pencarian intensif. Masyarakat berharap operasi SAR segera membuahkan hasil, agar duka warga Cibeunying bisa segera berakhir.




