Max Verstappen melontarkan kritik tajam terhadap mobil Formula 1 era ground-effect yang digunakan sejak 2022, menyebut desain mobil yang sangat rendah dan kaku telah berdampak serius pada kondisi fisiknya.
Menjelang balapan penutup musim di Abu Dhabi, juara dunia empat kali itu mengungkap bahwa punggungnya mengalami kerusakan parah akibat getaran ekstrem selama balapan.
“Selama bertahun-tahun ini sangat tidak nyaman – punggung saya benar-benar hancur dan kaki saya selalu sakit,” ujar Verstappen saat diwawancara di Las Vegas akhir November. “Ketika saya menjalani pemindaian medis, hasilnya tidak terlihat bagus.”
Keluhan pembalap mengenai efek fisik dari mobil ground-effect turut diakui FIA. Direktur FIA Single Seater, Nikolas Tombazis, mengatakan regulasi baru yang akan diterapkan pada 2026 bertujuan mengatasi masalah kesehatan yang sebelumnya tidak mereka perkirakan.
“Saat ini mobil harus berjalan sangat rendah dan sangat kaku untuk menghasilkan downforce maksimal,” jelas Tombazis. “Aturan 2026 akan membuat mobil lebih tinggi dari permukaan trek dan menggunakan suspensi yang lebih lembut.”
Pembalap seperti Fernando Alonso dan George Russell juga menyambut lega berakhirnya era ground-effect ini setelah Grand Prix Abu Dhabi.
Mobil generasi saat ini diketahui menimbulkan masalah porpoising, efek memantul keras yang sebelumnya memicu aksi darurat FIA pada 2022. Meski tim berhasil mengurangi efek terburuknya, konfigurasi paling kompetitif tetap memaksa mobil sedekat mungkin dengan permukaan lintasan, menambah risiko cedera pada pembalap.
Regulasi baru F1 pada 2026 akan menurunkan bobot minimum sebesar 30 kg menjadi 768 kg, mempersingkat wheelbase hingga 200 mm, mengurangi total downforce 30%, serta mengganti sistem DRS dengan aerodinamika aktif. Meskipun diperkirakan membuat mobil lebih lambat satu hingga dua detik per lap, FIA meyakini balapan akan menjadi lebih menarik dan kompetitif.