JAKARTA – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. K.H. Nasaruddin Umar, mengungkapkan keprihatinannya atas kurangnya masjid yang mencolok pada sepanjang jalan Thamrin-Sudirman dan Kuningan, Jakarta. Ia menyayangkan bahwa kawasan segitiga emas tersebut tidak memiliki masjid yang terlihat jelas.
“Kita berada di jalan Thamrin-Sudirman, ini segitiga emas, sekalian sepanjang Thamrin-Sudirman dan sepanjang Kuningan tidak ada masjid nongol di jalan,” ungkap menag dalam Rapat Pleno V Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) IV MUI di Jakarta, Rabu (18/12).
Prof. Nasar, sapaan akrabnya, menilai kawasan tersebut merupakan pusat metropolitan Jakarta di negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar, yang hanya kalah sekitar 40 juta dari Pakistan.
“Mestinya kita jangan biarkan daerah Jakarta ini tidak ada masjidnya. Sekitar 1.000 hektare di Pantai Indah Kapuk (PIK) tidak ada suara adzan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Nasar juga menyebutkan bahwa saat memasuki PIK, umat Islam sulit menemukan tempat ibadah yang memadai, sementara sebuah rumah ibadah Buddha yang sangat besar dan megah dapat ditemukan di kawasan tersebut.
“Jadi saya mengimbau kita semua (termasuk) MUI. Jangan pernah kita membiarkan space yang luas ini jangan sampai tidak ada simbol-simbol keislaman,” tambahnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga menyebutkan bahwa ia sudah berusaha untuk membangun masjid di PIK. Rencananya, akan dibangun kompleks syariah seluas 30 hektare di lokasi tersebut.
“Kita sudah bangun mushola di lantai 4. Jadi kedengaran suara adzan. Sepanjang itu tadi, dibangun tulisan-tulisan asing China, tidak ada mushala, jadi saya minta di kawasan ini ada aktivitas keislaman,” tuturnya.
Selain itu, Prof Nasar juga menceritakan bahwa seseorang pernah datang ke kantornya dan menawarkan ruang kantor MUI yang lebih luas di PIK. Namun, ia menegaskan bahwa kantor MUI di PIK bukanlah prioritas utamanya.
“Beliau bilang memberikan satu lantai (areanya) lebih luas dari ruangan ini. MUI mau berkantor disana (akan) diberikan disana,” kata Nasaruddin.
Namun, Nasar lebih menekankan pentingnya pembangunan pusat kegiatan keislaman di kawasan tersebut. Ia meminta agar tidak ada area di PIK yang berkembang tanpa simbol-simbol keislaman, serta meminta disediakan satu hektar lahan untuk pembangunan Islamic Center.
“Kita tidak ingin pantai PIK yang direklamasi menjadi pusat keramaian tanpa adanya simbol komunitas Islam. Ini adalah Jakarta. Saya minta disiapkan lokasi satu hektar untuk pembangunan Islamic Center (disana),” tutupnya.