Malang – Keluarga dan ribuan pendukung Arema FC, yang dikenal sebagai Aremania, telah menggelar acara doa bersama untuk mengenang para korban Tragedi Kanjuruhan yang meninggal dunia pada 1 Oktober 2022. Peringatan satu tahun Tragedi Kanjuruhan ini dipenuhi dengan isak tangis dari keluarga korban.
Seperti yang dilaporkan oleh Antara, ribuan pendukung Arema FC mulai berkumpul di kawasan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Minggu (10/1/2023) sekitar pukul 16.00 WIB. Aremania dan keluarga korban berkumpul di depan Stadion Kanjuruhan yang saat ini sedang dalam tahap renovasi.
Setelah memberikan orasi terkait tuntutan penyelesaian kasus Tragedi Kanjuruhan di depan Stadion Kanjuruhan dalam peringatan satu tahun peristiwa tragis tersebut, para peserta kemudian bergerak menuju Pintu 13 untuk melakukan doa bersama sebagai penghormatan kepada para korban dalam tragedi tersebut.
Suasana haru menyelimuti momen tersebut, dengan salah satu orang tua korban yang tak sanggup menahan emosi dan menangis dengan sangat sedih.
“Kembalikanlah anakku!” teriaknya dengan sangat pilu.
Salah satu orang tua korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok, menyampaikan bahwa hingga saat ini ia dan keluarga korban masih mencari keadilan dan berharap agar para pelaku mendapatkan hukuman berat.
“Hanya dengan cara itu, kami sebagai keluarga korban bisa merasa lega dan menerima hasil hukuman yang pantas,” ujar Devi.
Devi juga sempat menyinggung terkait statement ketua PSSI Erick Thohir yang menyebut bahwa seluruh korban dan keluarga korban diberi uang. Devi merasa tak terima, karena keadilan menurutnya tak bisa dibeli dengan uang.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berakhir dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu memicu kerusuhan yang menyebabkan sejumlah suporter turun ke lapangan.
Kerusuhan ini semakin merajalela, termasuk lemparan flare dan benda-benda lainnya. Petugas keamanan, yang terdiri dari polisi dan anggota TNI, berusaha mengendalikan para suporter tersebut dan akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian tersebut, sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma kepala dan leher, serta asfiksia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Selain itu, juga dilaporkan bahwa ratusan orang mengalami luka ringan dan luka berat dalam kerusuhan tersebut.