PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), perusahaan induk platform e-commerce Blibli, secara resmi mengumumkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 270 karyawan sebagai bagian dari strategi efisiensi biaya operasional. Langkah ini dilakukan pada Oktober 2025 dan telah rampung pada akhir bulan tersebut.
Corporate Secretary BELI Eric Winarta menyampaikan bahwa penyesuaian organisasi ini dilakukan untuk memastikan perusahaan dapat bergerak lebih efektif dan efisien. “Perseroan memandang perlu untuk melakukan penyesuaian organisasi guna memastikan perusahaan dapat bergerak lebih efektif dan efisien, dengan tujuan membuka peluang pertumbuhan yang berkelanjutan serta menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham,” ujar Eric dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/11/2025).
Kompensasi dan Dampak Operasional
Manajemen Blibli menegaskan bahwa seluruh karyawan yang terdampak telah menerima paket kompensasi sesuai bahkan melebihi ketentuan peraturan ketenagakerjaan Indonesia. PHK yang bersifat permanen ini tidak menyediakan skema relokasi atau pengalihan ke status kontrak lainnya.
Meski demikian, BELI memastikan bahwa penyesuaian organisasi tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional harian, termasuk layanan pengiriman barang, dukungan penjual, pemeliharaan sistem IT, dan layanan pelanggan lainnya. “Dengan adanya penyesuaian organisasi, Perseroan akan memiliki basis beban operasional yang lebih rendah sehingga dapat membantu perbaikan kinerja ke depannya,” tutur BELI.
Kinerja Keuangan dan Strategi
PHK ini terjadi di tengah pencapaian kinerja keuangan yang beragam. Blibli mencatat peningkatan pendapatan neto sebesar 25,62% menjadi Rp15,23 triliun pada periode sembilan bulan 2025. Namun, perusahaan masih membukukan kerugian bersih Rp1,84 triliun, meski turun 1,61% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
CFO Blibli Ronald Winardi menjelaskan bahwa meski menghadapi tantangan pasar dan persaingan ketat, perusahaan mempertahankan disiplin operasional yang kuat. Beban promosi dan diskon yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebab kerugian, dengan peningkatan mencapai Rp1 triliun secara tahunan dari Rp1,42 triliun menjadi Rp2,42 triliun.
Sebagai bagian dari strategi restrukturisasi, Blibli berencana mengoptimalkan biaya iklan dan pemasaran melalui model bisnis omnichannel, meningkatkan otomatisasi proses kerja, serta fokus pada kategori produk strategis dengan margin yang lebih baik.





