JAKARTA – Tersangka serangan maut yang menabrakkan mobil ke kerumunan di pasar Natal di Jerman disebut memiliki pandangan anti-Islam yang kuat dan merasa marah terhadap kebijakan migrasi Jerman. Pelaku, yang merupakan warga negara Arab Saudi, diduga terlibat dalam pembantaian massal yang menewaskan beberapa orang, termasuk seorang anak berusia sembilan tahun. Sebanyak 15 korban kini dirawat di rumah sakit setempat.
Serangan ini memicu rasa kesedihan dan kemarahan di seluruh negeri. Meskipun Jerman telah mengalami beberapa serangan mematikan, bukti yang dikumpulkan penyelidik serta unggahan daring pelaku menggambarkan sisi berbeda dari Abdulmohsen, seorang dokter psikiatri berusia 50 tahun. Dia menggambarkan dirinya sebagai “ateis Saudi” dan aktivis yang membantu wanita melarikan diri dari kerajaan minyak tersebut. Abdulmohsen dikenal mencerca Islam, serta mengkritik sikap permisif Jerman terhadap pengungsi dari negara-negara Muslim.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Fraser, menyatakan bahwa pelaku memiliki pandangan “Islamofobia”. Seorang jaksa juga menyampaikan bahwa latar belakang kejahatan ini bisa jadi berkaitan dengan ketidakpuasan pelaku terhadap perlakuan terhadap pengungsi Arab Saudi di Jerman. Taha Al-Hajji, dari Organisasi Hak Asasi Manusia Saudi Eropa yang berbasis di Berlin, menyebut Abdulmohsen sebagai “orang yang terganggu secara psikologis dengan rasa penting diri yang berlebihan”.