Malaysia dipastikan akan melanjutkan kembali pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 pada 30 Desember mendatang, lebih dari sepuluh tahun setelah pesawat Boeing 777 itu menghilang bersama 239 orang di dalamnya dalam salah satu misteri penerbangan terbesar dunia.
Kementerian Transportasi Malaysia pada Rabu mengumumkan bahwa Ocean Infinity—perusahaan robotika kelautan asal Amerika Serikat—akan kembali melakukan operasi pemindaian dasar laut secara intensif selama total 55 hari di area target di selatan Samudra Hindia.
Kawasan seluas 15.000 kilometer persegi itu diyakini memiliki kemungkinan tertinggi untuk menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Pencarian akan dilakukan dengan skema “no-find, no-fee”, yang berarti Malaysia hanya akan membayar hingga 70 juta dolar AS jika puing MH370 berhasil ditemukan.
“Langkah terbaru ini menunjukkan komitmen pemerintah Malaysia untuk memberikan kepastian dan penutup bagi keluarga korban tragedi ini,” tulis Kementerian Transportasi dalam pernyataannya.
Upaya Terbaru Memecahkan Misteri Penerbangan
MH370 hilang dari radar pada 8 Maret 2014 ketika membawa 227 penumpang dan 12 awak dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Analisis data satelit menunjukkan pesawat berbelok dari jalurnya dan menuju selatan ke wilayah terpencil Samudra Hindia sebelum diduga jatuh.
Perjanjian pencarian baru dengan Ocean Infinity ditandatangani pada 25 Maret 2025. Operasi sempat dimulai pada Februari namun dihentikan pada April karena cuaca buruk. “Saat itu bukan musim yang tepat,” ujar Menteri Transportasi Anthony Loke.
Meskipun pencarian besar-besaran pernah dilakukan dan menjadi operasi terbesar dalam sejarah penerbangan—mencakup 120.000 km² selama tiga tahun dipimpin Australia—hasilnya belum menemukan lokasi utama reruntuhan pesawat.
Upaya Ocean Infinity pada 2018 juga tidak membuahkan hasil meskipun berhasil menyisir lebih dari 112.000 km² area dasar laut.
Lebih dari 20 serpihan yang diyakini berasal dari MH370 telah ditemukan di pantai timur Afrika dan pulau-pulau di Samudra Hindia, termasuk fragmen yang terkonfirmasi di Mozambik, Réunion, Tanzania, dan Mauritius. Penemuan tersebut membantu mempersempit area pencarian, namun belum mengungkap lokasi pasti bangkai pesawat.