JAKARTA – Australia kembali diguncang tragedi penembakan massal. Serangan pada perayaan Yahudi di Pantai Bondi, Sydney, Minggu (14/12/2025), menewaskan 15 orang serta salah satu dari dua pelaku. Peristiwa ini memunculkan pertanyaan apakah regulasi senjata api yang selama ini dianggap paling ketat di dunia masih relevan.
Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan akan meminta Kabinet meninjau aturan kepemilikan senjata, termasuk jumlah senjata yang boleh dimiliki dalam satu lisensi serta masa berlaku izin. “Kondisi seseorang bisa berubah. Orang bisa diradikalisasi seiring waktu. Lisensi tidak boleh berlaku selamanya,” ujarnya, Senin, saat polisi menyebut insiden itu sebagai serangan teroris, dikutip dari Reuters.
Australia dikenal memiliki tingkat pembunuhan dengan senjata api per kapita terendah di dunia, berkat kebijakan pasca penembakan massal 1996 yang melarang senjata semi-otomatis, menggelar program buyback, dan memperketat sistem perizinan. Namun, jumlah senjata legal terus meningkat dan kini mencapai empat juta, melampaui angka sebelum penindakan 1996, menurut Australia Institute.
Presiden Gun Control Australia, Tim Quinn, menilai peristiwa Bondi sebagai pengingat penting. “Peristiwa seperti ini terasa tak terbayangkan di sini, yang merupakan bukti kekuatan undang-undang senjata kita. Penting bagi kita untuk mengajukan pertanyaan berbasis bukti tentang bagaimana serangan ini terjadi,” tulisnya.
Perdana Menteri New South Wales, Chris Minns, mengatakan akan mempertimbangkan pemanggilan kembali parlemen negara bagian untuk mempercepat aturan baru. “Sudah waktunya kita melakukan perubahan pada undang-undang terkait senjata api … Anda bisa mengharapkan tindakan segera,” katanya.
Komisaris Polisi NSW Mal Lanyon mengungkapkan salah satu tersangka memiliki lisensi resmi untuk senjata yang digunakan. Sementara itu, dosen kriminologi Swinburne University, Maya Gomez, menilai tragedi ini bisa memicu evaluasi atas alasan sah kepemilikan senjata, jumlah, dan jenis yang diizinkan.
Meski kepemilikan senjata meningkat, angka kejahatan terkait senjata di Australia tetap rendah. Data Australian Institute of Criminology mencatat 33 kasus pembunuhan dengan senjata api hingga Juni 2024. Angka ini jauh di bawah Amerika Serikat, yang mencatat rata-rata 49 kasus per hari sepanjang 2023 menurut CDC.