JAKARTA – 20 Oktober 2025 bukan sekadar tanggal di kalender. Hari ini dunia memperingati empat momen penting yang mencerminkan isu kesehatan, informasi, kreativitas, dan spiritualitas. Dari kampanye sadar tulang rapuh, seruan detoks digital, penghargaan bagi para koki, hingga perayaan cahaya Diwali—semuanya mengajak kita berhenti sejenak, merenung, dan bertindak.
Hari Osteoporosis Sedunia Ajak Sadar Kesehatan
Peringatan pertama yang patut diperhatikan adalah Hari Osteoporosis Sedunia, sebuah kampanye global untuk memerangi ancaman diam-diam terhadap tulang rapuh. Kondisi ini, yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, sering kali tak terdeteksi hingga menyebabkan fraktur serius, terutama pada lansia.
Menurut sumber medis terpercaya, upaya pencegahan bisa dimulai dari langkah sederhana sehari-hari. “Hari Osteoporosis Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik akan kesehatan tulang dan juga tentang bahaya penyakit osteoporosis,” seperti dijelaskan dalam laman RSUD Kabupaten Buleleng.
Rekomendasi utama mencakup rutinitas olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga, diet kaya kalsium dari susu dan sayuran hijau, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebih.
Dengan mengenali faktor risiko seperti usia lanjut atau riwayat keluarga, Anda bisa mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini hingga 30–50% melalui gaya hidup sehat.
Peringatan ini, yang diinisiasi oleh International Osteoporosis Foundation sejak 1996, semakin relevan di era pasca-pandemi di mana aktivitas fisik menurun. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mendorong pemeriksaan densitas tulang gratis di puskesmas untuk mendukung gerakan ini.
Hari Informasi Berlebihan
Di era di mana notifikasi ponsel tak pernah berhenti, 20 Oktober juga menjadi Hari Informasi Berlebihan — sebuah jeda yang krusial untuk melindungi kesehatan mental dari kelelahan informasi. Bayangkan: rata-rata orang dewasa menerima ratusan email, postingan media sosial, dan berita setiap hari, yang bisa memicu stres dan penurunan produktivitas hingga 20%, menurut studi global.
Peringatan ini lahir dari keprihatinan analis Jonathan Spira, yang melalui firma risetnya Basex, menyebut kelebihan informasi sebagai “Masalah Tahun Ini” pada 2009.
Awalnya dirayakan pada 12 Agustus, acara tersebut menarik 350 pekerja dari lebih dari 30 negara dalam diskusi daring pertama. Sejak 2010, tanggalnya dipindah ke 20 Oktober untuk memperluas dampaknya, didukung oleh Information Overload Research Group (IORG) yang didirikan Spira.
Hari ini mengajak semua kalangan — dari pekerja kantor hingga pelajar — untuk melakukan “digital detox”: matikan notifikasi selama sejam, prioritaskan sumber terpercaya, dan fokus pada interaksi nyata. Di Indonesia, komunitas seperti Asosiasi Konten Kreator Digital ikut mempromosikan inisiatif ini, mengingatkan bahwa kurangnya filter informasi bisa memperburuk misinformasi di media sosial.
Hari Koki Internasional
Bagi pecinta makanan, 20 Oktober adalah Hari Koki Internasional, penghormatan atas peran vital para ahli masak dalam membentuk budaya dan nutrisi global. Profesi ini bukan sekadar hobi; sejak ribuan tahun lalu, koki telah bereksperimen dengan rasa untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Inisiatif ini pertama kali digagas pada 2004 oleh Dr. Bill Gallagher, master chef dan mantan presiden World Association of Chefs Societies (Worldchefs). “Peringatan ini bertujuan untuk merayakan para koki dan meningkatkan kesadaran tentang pola makan sehat,” seperti tercantum di laman National Today. Sejarah kuliner mencapai puncaknya dengan buku masak pertama dunia pada abad pertama Masehi, karya Marcus Apicius — seorang ahli kuliner Romawi yang menyusun “Apicius” atau “Seni Memasak” berisi lebih dari 400 resep, lengkap dengan petualangan mencari bahan eksotis.
Perkembangan selanjutnya tak kalah menarik. Pada 1765, A. Boulanger membuka restoran pertama di Paris dengan papan nama “restoratif” atau “restoran”, yang awalnya menawarkan sup penyembuh. Di 1809, koki Prancis Alexis Soyer merevolusi makanan murah bergizi untuk kaum miskin dan menciptakan ‘kompor Soyer’ untuk tentara Inggris selama Perang Krimea. Lalu, pada 1870-an, Auguste Escoffier memperkenalkan sistem brigade seperti hierarki militer di dapur, serta buku ikonik “Le Guide Culinaire” yang masih jadi rujukan kuliner modern.
Di Indonesia, perayaan ini selaras dengan kekayaan masakan nusantara, di mana koki lokal seperti di restoran fine dining Jakarta semakin mengadopsi inovasi berkelanjutan untuk hidangan sehat.
Hari Festival Diwali
Menutup daftar peringatan, Festival Diwali — orang India menyebutnya Deepawali, “festival cahaya” — jatuh pada 20 Oktober 2025, merayakan kemenangan cahaya atas kegelapan selama lima hari penuh. Tradisi ini dirayakan oleh jutaan umat Hindu, Jain, dan Sikh di seluruh dunia, termasuk komunitas India di Indonesia yang menyalakan lilin dan kembang api untuk simbolisme spiritual.
Etimologi namanya berasal dari ‘avali’ (barisan) dan ‘deepa’ (lampu tanah liat), mencerminkan ritual barisan cahaya yang melindungi dari energi negatif. Bagi umat Hindu, Diwali memperingati kembalinya Dewa Rama dan Sita ke Ayodhya setelah 14 tahun pengasingan, kemenangan Dewi Durga atas iblis Mahisha, serta penghormatan pada inkarnasi ketujuh Dewa Wisnu sebagai Ramachandra. Umat Sikh merayakannya sebagai pembebasan Guru Hargobind Singh dari penjara pada 1619, sekaligus penanaman batu fondasi Kuil Emas Amritsar pada 1577. Sementara bagi Jain, ini momen suci ketika pendiri agama Mahavira mencapai Nirwana atau Moksha.
Di Indonesia, perayaan Diwali di Bali dan komunitas diaspora menampilkan tarian tradisional dan hidangan manis seperti laddoo, memperkaya keragaman budaya nasional. Festival ini juga jadi ajang promosi pariwisata, dengan proyeksi peningkatan kunjungan wisatawan ke India hingga 15% setiap Oktober–November.
Empat peringatan ini pada 20 Oktober 2025 bukan hanya tanggal di kalender, tapi panggilan untuk bertindak: jaga tulang Anda, filter informasi, hargai koki di balik piring lezat, dan nyalakan cahaya dalam diri. Apa peringatan favorit Anda hari ini? Bagikan di kolom komentar untuk diskusi lebih lanjut.




