JAKARTA – Lonjakan pembatalan wisatawan Tiongkok ke Jepang mencuat drastis ketika tensi diplomatik kedua negara kembali memanas setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menimbulkan kemarahan keras dari Beijing.
Situasi tersebut mendorong pemerintah Tiongkok mengedarkan peringatan resmi bagi warganya yang berencana melakukan perjalanan atau menempuh pendidikan di Jepang, sehingga memicu efek domino terhadap arus mobilitas antarnegara.
Menurut laporan The Guardian pada Jumat (21/11/2025), kebijakan itu langsung diikuti gelombang reaksi industri penerbangan yang membuat sejumlah maskapai Tiongkok membuka opsi pembatalan tiket tanpa biaya.
Tercatat sedikitnya tujuh maskapai memberikan penghapusan biaya pembatalan, sementara analis penerbangan Hanming Li menyebut sekitar 500.000 tiket pesawat sudah dibatalkan hanya dalam tiga hari.
Beberapa jalur penerbangan seperti rute Chengdu–Sapporo dihentikan hingga Maret mendatang dan Spring Airlines turut memangkas banyak jadwal sehingga menekan arus kunjungan ke wilayah Jepang.
Industri pariwisata Jepang terkena pukulan langsung karena wisatawan Tiongkok adalah salah satu sumber kunjungan terbesar yang menopang pasar perjalanan dan konsumsi di berbagai kota.
Selain sektor wisata, Jepang juga mengalami dampak pada dunia pendidikan karena Tiongkok selama ini menyumbang jumlah mahasiswa internasional yang sangat besar.
Saham perusahaan ritel dan biro perjalanan di Jepang ikut merosot seiring ketidakpastian hubungan kedua negara.
Meski demikian, Li menilai kerugian bagi maskapai Tiongkok tidak besar karena pasar penerbangan antara kedua negara relatif kecil.
Gelombang pembatalan ini dianggap sebagai bagian dari langkah respons ekonomi Tiongkok terhadap dinamika politik terbaru.
Beberapa agen perjalanan menghentikan pemrosesan visa individu dan berbagai agenda budaya tingkat lokal pun ditangguhkan.
Rilis survei tahunan hubungan Jepang–Tiongkok dibatalkan atas permintaan Beijing karena dianggap tidak lagi mencerminkan situasi terkini.
Di sektor hiburan, dua film Jepang yang dijadwalkan tayang di Tiongkok ditunda tanpa batas waktu sebagai respons terhadap turunnya minat publik.
Media pemerintah Tiongkok menilai menurunnya antusiasme masyarakat berkaitan langsung dengan ketidakpuasan publik terhadap komentar Takaichi.***