JAKART – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan tak akan mengangkat isu dugaan peretasan sistem pengadilan federal AS oleh Rusia dalam pertemuannya dengan Presiden Vladimir Putin akhir pekan ini di Alaska.
Meski temuan ini memicu kekhawatiran keamanan siber nasional, Trump menunjukkan sikap yang terkesan santai dan tak terganggu oleh laporan tersebut.
Dalam pernyataannya di luar Kennedy Center, Trump menjawab pertanyaan wartawan terkait laporan terbaru bahwa peretas yang terafiliasi dengan Rusia berhasil membobol sistem komputer yang mengelola dokumen pengadilan federal Amerika Serikat, termasuk sejumlah berkas rahasia.
“Ada laporan baru bahwa Rusia telah meretas sistem komputer yang mengelola dokumen pengadilan federal AS.”
“Saya ingin tahu apakah Anda telah melihat laporan ini, dan apakah Anda berencana membahasnya dengan Putin saat bertemu dengannya akhir pekan ini?” tanya seorang jurnalis seperti dikutip dari New Republic.
“Saya kira saya bisa. Apakah Anda terkejut? Apakah Anda terkejut? Mereka meretas, itu yang mereka lakukan,” jawab Trump. “Mereka pandai dalam hal itu, kami juga pandai, bahkan kami lebih baik.”
Menurut laporan The New York Times, serangan siber tersebut tidak hanya mengakses dokumen perkara, tetapi juga “rekaman tersegel yang baru-baru ini dikompromikan” dalam operasi jangka panjang.
Beberapa dokumen yang disasar disebut mencakup perkara pidana menengah di New York City dan sejumlah yurisdiksi lain, termasuk kasus yang melibatkan individu dengan nama keluarga Rusia dan Eropa Timur.
Reaksi santai Trump dinilai bertolak belakang dengan sikap Partai Republik yang selama ini berupaya mengalihkan sorotan publik terkait skandal dugaan intervensi Rusia pada pemilu 2016.
Pertanyaannya, jika Trump tak menaruh perhatian serius pada dugaan campur tangan Rusia di masa pemerintahannya, mengapa ia begitu fokus mengkritik intervensi sembilan tahun lalu yang melibatkan Hillary Clinton dan Barack Obama?
Pertemuan Trump dan Putin di Alaska pada Jumat mendatang akan menjadi momen bersejarah, karena ini pertama kalinya pemimpin Rusia itu menginjakkan kaki di Amerika Serikat dalam lebih dari 10 tahun.
Agenda utama disebut membahas peluang penyelesaian konflik Ukraina, meski isu keamanan siber diperkirakan tidak masuk prioritas pembicaraan.***




