MINSK, RUSIA – Presiden Rusia Vladimir Putin menolak usulan militer untuk melancarkan serangan rudal ke kediaman resmi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Jalan Bankova, Kiev.
Keputusan ini diungkapkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, yang menyebut Putin secara tegas melarang penargetan lokasi tersebut saat Rusia menguji coba rudal canggih Oreshnik di wilayah Ukraina.
Menurut Lukashenko, seperti dikutip dari akun Telegram Pul Pervogo yang dekat dengan istana kepresidenan Belarusia, usulan untuk menyerang kediaman Zelensky muncul selama pengujian rudal Oreshnik. Namun, Putin dengan tegas menolaknya, menyatakan,
“Dalam kondisi apa pun serangan seperti itu tidak diperbolehkan.”
Keputusan ini menarik perhatian di tengah konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas. Lukashenko tidak merinci kapan peristiwa ini terjadi, tetapi penolakan Putin menunjukkan adanya batasan strategis dalam operasi militer Rusia, meski serangan rudal tetap dilakukan di wilayah Ukraina lainnya.
Latar Belakang Konflik dan Respons Ukraina
Pada akhir November 2024, Putin menyebut Ukraina melancarkan serangan ke wilayah Rusia di Kursk dan Bryansk menggunakan rudal ATACMS buatan Amerika Serikat dan Storm Shadow dari Inggris.
Tindakan ini memicu eskalasi ketegangan, dengan kedua belah pihak saling menuding bertanggung jawab atas kekerasan yang terus berlanjut.
Sementara itu, Presiden Zelensky diketahui terus mendorong upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik. Ia pernah mengungkapkan bahwa pertemuan dengan Putin tidak mungkin digelar di Moskow, menegaskan perlunya lokasi netral untuk negosiasi.
Analisis: Mengapa Putin Menolak Serangan?
Langkah Putin menolak serangan ke kediaman Zelensky dapat dilihat sebagai upaya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang bisa memicu reaksi keras dari komunitas internasional.
Menargetkan pemimpin negara secara langsung berpotensi memperburuk posisi Rusia di mata global, terutama di tengah tekanan sanksi ekonomi dan kecaman dari Barat.
Pengujian rudal Oreshnik, yang diklaim sebagai salah satu senjata tercanggih Rusia, menunjukkan bahwa Moskow tetap fokus pada demonstrasi kekuatan militer tanpa melanggar batas tertentu yang dapat memicu konsekuensi diplomatik lebih berat.
Keputusan ini juga bisa menjadi sinyal bahwa Rusia masih membuka ruang untuk negosiasi, meski peluang damai tetap tipis.
Konteks Perang Rusia-Ukraina
Konflik Rusia-Ukraina, yang dimulai sejak invasi Februari 2022, telah menewaskan puluhan ribu orang, termasuk lebih dari 12.000 warga sipil Ukraina, menurut data PBB.
Upaya gencatan senjata berulang kali menemui jalan buntu, dengan kedua pihak saling menyalahkan atas kegagalan perundingan.
Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump dilaporkan memberikan tekanan kepada Putin untuk mencapai gencatan senjata dalam waktu 10–12 hari, dengan ancaman sanksi ekonomi yang lebih keras jika tidak dipatuhi.
Namun, Rusia menolak ultimatum tersebut, menyebutnya sebagai langkah menuju eskalasi baru.
Keputusan Putin untuk tidak menyerang kediaman Zelensky dapat menjadi titik terang kecil di tengah ketegangan.
Namun, tanpa kemajuan signifikan dalam perundingan damai, konflik ini diperkirakan akan terus berlarut-larut. Vatikan baru-baru ini menawarkan diri sebagai mediator, tetapi Rusia belum memberikan respons resmi terhadap usulan tersebut.