JAKARTA – Penetapan Reyog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO semakin meningkatkan daya tarik wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, untuk berkunjung ke Ponorogo.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menegaskan bahwa momen ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata.
“Pemanfaatan seni budaya Reyog Ponorogo tidak hanya sebagai kekayaan budaya, tetapi juga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Ponorogo,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (11/1), seperti dikutip dari Inilah.com.
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, baik domestik maupun internasional, pihaknya tengah mempersiapkan berbagai infrastruktur yang mendukung pengembangan industri pariwisata. Persiapan ini termasuk pembangunan Monumen Reyog Ponorogo dan Museum Peradaban yang diharapkan akan menjadi daya tarik bagi para turis.
Monumen Reyog Ponorogo, yang dirancang setinggi 126 meter dengan 26 lantai, diprediksi akan lebih tinggi daripada Monumen Garuda Wisnu Kencana di Bali. Pembangunan monumen yang terletak di Gunung Gamping, Desa Sampu, Kabupaten Ponorogo ini, dengan anggaran Rp76,6 miliar, telah mencapai 95 persen dan ditargetkan selesai pada 2025.
Monumen dan museum ini diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap kebijakan pemerintah yang menargetkan pertumbuhan ekonomi delapan persen, dengan pariwisata, khususnya yang berbasis seni budaya Reyog, menjadi salah satu pilar utama.
“Ini bagian dari kebijakan pemerintah yang dipandu oleh arahan Presiden untuk mencapai pertumbuhan delapan persen, salah satunya dari sektor pariwisata, terutama destinasi berbasis seni budaya Reyog,” jelas Susiwijono.




