YouTuber Indonesia Nessie Judge (Vanessa Ravelino) tengah menjadi sorotan global setelah video kolaborasinya dengan NCT Dream di segmen #NERROR memicu kemarahan netizen Jepang. Foto Junko Furuta, korban pembunuhan kejam pada 1988, dipajang sebagai properti dekorasi Halloween di studio Nessie, yang dianggap tidak sensitif dan menghina memori korban. Insiden ini viral di X (Twitter), dengan tagar #NessieJudge dan #JunkoFuruta mencapai jutaan views, memicu bentrokan opini antara netizen Indonesia dan Jepang.
Siapa Junko Furuta dan Mengapa Kasusnya Sensitif?
Junko Furuta (lahir 18 Januari 1971 – wafat 4 Januari 1989) adalah siswi SMA Jepang berusia 17 tahun yang menjadi korban salah satu kejahatan paling brutal dalam sejarah pascaperang Jepang. Ia diculik, diperkosa, disiksa selama 44 hari oleh empat remaja (dipimpin Hiroshi Miyano), dan jasadnya dimasukkan ke drum beton. Kasus ini dikenal sebagai “Pembunuhan Siswi SMA yang Dikubur dalam Beton” (女子高生コンクリート詰め殺人事件), mengguncang masyarakat Jepang karena menyoroti kegagalan sistem peradilan remaja – pelaku hanya dijatuhi hukuman ringan (maksimal 20 tahun).
Hingga kini, kasus ini tetap menjadi trauma nasional, sering dibahas sebagai simbol femisida dan kekerasan terhadap perempuan, dengan luka yang belum sembuh bagi keluarga dan masyarakat Jepang.
2 November 2025: Nessie unggah video “#NERROR” kolaborasi dengan NCT Dream, membahas pengalaman horor. Di latar studio, foto Junko Furuta (dengan mata lebam dan ditempeli plester hitam) dipajang di dinding, dihiasi sarang laba-laba sebagai dekorasi Halloween. Nessie mengklaim ini “penghormatan” untuk segmen #NERROR, karena kasus Junko sering direquest penontonnya.
3-4 November 2025: Video viral di X, terutama setelah akun @qweenbeeval (kritikus konten) tweet: “Kanal dengan 11 juta subscriber pakai foto Junko Furuta – korban femisida paling mengerikan – sebagai dekorasi Halloween konyol bareng K-pop. Menjijikkan!” Tweet ini dilihat 25,1 juta kali dan di-like 220 ribu.
Netizen Jepang seperti @wannyan329_ menulis: “YouTuber Indonesia pakai foto siswi SMA yang dijebloskan ke beton sebagai hiasan Halloween. Sampai mual.”
5 November 2025: Nessie klarifikasi di YouTube: “Itu bukan dekorasi Halloween, tapi homage untuk segmen #NERROR.” Namun, ini malah memicu lebih banyak kritik karena dianggap defensif. Ia minta maaf dalam bahasa Inggris dan Jepang di X: “Kami mohon maaf atas kurangnya pertimbangan. Apa yang kami anggap penghormatan, ternyata kasar dan tidak peka.”
Video di-take down untuk diedit, tapi pernyataan Instagram-nya (“Saya insensitif”) justru disalahartikan sebagai sarkasme, memanaskan perdebatan.
Reaksi Netizen Jepang dan Dampaknya
Netizen Jepang membanjiri komentar Nessie dengan bahasa Jepang, menuduhnya “tidak berperasaan” dan “mengkomersialkan tragedi”. Beberapa tweet seperti dari @nobuo_takiguchi : “Nessie Judge ubah Junko Furuta jadi ‘hantu sarang laba-laba’. Menyedihkan sebagai orang Jepang.”
Kontroversi ini bahkan memengaruhi citra Indonesia di mata netizen Jepang, dengan komentar seperti “Orang Indonesia tidak hormati korban kami.”
Di Indonesia, K-popers (NCTzen) terpecah: sebagian bela Nessie sebagai “kesalahan tidak disengaja”, tapi mayoritas kecam karena melibatkan idol Korea di konten sensitif. Postingan kritik di X capai 2 juta interaksi, dengan Nessie trending di Jepang dan Indonesia.
Respons dan Pelajaran
Nessie akhirnya hapus semua konten terkait dan janji “tidak ulangi kesalahan”. Pakar etika media seperti dari ELSAM menilai ini pelajaran tentang sensitivitas budaya: “Konten horor harus hindari eksploitasi korban nyata, terutama kasus ikonik seperti Junko.”
Insiden ini mirip kontroversi YouTuber lain yang pakai elemen tragis untuk views, tapi kali ini lintas negara. Hingga kini, Nessie (dengan 11,5 juta subscriber) tetap aktif, tapi reputasinya terpukul. Kasus ini ingatkan: di era digital, “homage” bisa jadi penghinaan jika tak pahami konteks budaya.