JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggandeng Yayasan Rawindra Kata Hara untuk mengembangkan proyek inovatif bertajuk The Cianjur Experience yang mengintegrasikan kekuatan musik tradisi, kopi lokal, dan narasi sejarah daerah.
Inisiatif ini menjadi langkah strategis untuk mengubah cara promosi daerah dari sekadar menjual produk menjadi menghadirkan pengalaman budaya yang imersif dan bernilai tinggi.
Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menegaskan bahwa proyek ini sejalan dengan arah kebijakan Kemenparekraf dalam membangun sinergi lintas kementerian dan subsektor ekonomi kreatif.
“Program ini memiliki potensi besar sejalan dengan KPI kami di Kemenekraf. Banyak pihak perlu dilibatkan, kami siap menjadi orkestrator sinergi lintas kementerian dan subsektor,” ujar Teuku Riefky Harsya di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Yayasan Rawindra Kata Hara sendiri berfokus pada penguatan literasi dan pengembangan budaya di Indonesia, dengan pendekatan yang menggabungkan ekonomi kreatif dan sejarah lokal.
Cianjur Jadi Proyek Percontohan Integrasi Budaya dan Ekonomi
Kabupaten Cianjur dipilih sebagai daerah perintis untuk proyek The Cianjur Experience karena memiliki kekayaan budaya dan potensi ekonomi yang kuat, seperti Musik Cianjuran dan Kopi Cianjur.
Melalui program ini, Yayasan Rawindra berupaya menghidupkan kembali musik tradisi dengan menjadikannya bagian dari narasi identitas daerah, sekaligus memperkenalkan kopi sebagai simbol budaya dan pengalaman lokal yang otentik.
Pihak yayasan menilai potensi kopi Indonesia masih belum tergarap optimal karena dominasi konsumsi domestik yang lebih besar dibandingkan ekspor.
“Produksi kopi tinggi, tetapi ekspornya tidak besar. Pemerintah perlu hadir agar potensi ini dikelola dan bernilai tambah bagi masyarakat,” ujar Aming Sukandar, perwakilan Yayasan Rawindra.
Cerita, Kopi, dan Musik Jadi Senjata Baru Promosi Budaya
Kemenparekraf menilai kekuatan narasi dan storytelling akan menjadi kunci untuk mendorong peningkatan investasi di sektor ekonomi kreatif.
“Investasi subsektor ekraf semester pertama mencapai 66 persen. Harapannya angka ini terus meningkat melalui strategi storytelling,” ungkap Teuku.
Pendiri Yayasan Rawindra, Gilang Ramadhan, menyebut proyek ini bukan sekadar promosi komoditas, melainkan upaya menghadirkan sejarah dan nilai budaya melalui pengalaman.
“Kami ingin mendorong musik tradisi ke permukaan menggunakan kopi sebagai medium. The Cianjur Experience bukan sekadar kopi atau musik, tapi menjual sejarah, nilai, dan narasi budaya Indonesia,” kata Gilang.
Dari Cianjur ke Dunia: Aktivasi Global Ekonomi Kreatif
Program The Cianjur Experience akan dimulai di pasar domestik sebelum diperluas ke panggung internasional.
Ketua Harian Yayasan Rawindra, Aldino Putra, menuturkan bahwa proyek ini disiapkan sebagai blueprint untuk direplikasi di daerah lain.
“Fase kedua akan adakan aktivasi di empat kota internasional yaitu Vancouver, Los Angeles, New York, dan Oslo,” ujar Aldino.
Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa ekonomi kreatif Indonesia tengah bergerak ke arah global dengan menjadikan budaya lokal sebagai motor penggerak utama.***




