Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus menyalurkan bantuan logistik berupa beras, mi instan, dan kebutuhan pokok lainnya bagi warga terdampak banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Distribusi dilakukan melalui udara menggunakan skema airdrop, karena sejumlah wilayah masih terisolasi akibat akses transportasi darat terputus.
Pada Senin (1/12/2025), prajurit TNI AU Skadron Udara 2 menjatuhkan kotak logistik menggunakan metode Container Delivery System (CDS) melalui pesawat CN-295 di wilayah Tapanuli Tengah, Sumatra Utara.
Namun dalam beberapa hari terakhir, metode airdrop menuai perhatian publik karena jarak penurunan barang dinilai terlalu jauh dari titik target, sehingga menyebabkan beras dan mi instan rusak saat mendarat.
Sejumlah warga terlihat mengumpulkan beras yang tercecer, sementara sebagian lainnya memilih membuangnya, seperti terjadi di Sibolga dan Tapanuli Tengah.
Menanggapi hal tersebut, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dalam konferensi pers pada Rabu (3/11) menjelaskan bahwa keputusan tetap melakukan airdrop dipilih demi memastikan bantuan segera sampai kepada warga.
“Saya tekankan prajurit TNI tetap jaga alutsista yang digunakan dan personel TNI saat penanganan bencana. Saat heli mau mendarat ada kabel sehingga diputuskan barang tetap di drop meski ada beberapa logistik yang tercecer, daripada dibawa lagi ke pangkalan udara, sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Jenderal Agus Subiyanto.
Sementara itu, Kepala Staf TNI AD Jenderal Maruli Simanjuntak menambahkan bahwa kondisi lapangan tidak memungkinkan helikopter mendarat di area mana pun.
“Heli tidak bisa mendarat di manapun jadi kondisi landasan harus siap. Jadi kondisi bantuan harus dilempar. Setelah ada yang pecah kita evaluasi, kita berupaya, sehingga sampai saat ini tidak terjadi lagi,” ujar Jenderal Maruli.
Penanganan Komunikasi dan Pengamanan
Maruli juga menyinggung soal pengiriman perangkat Starlink ke wilayah terdampak untuk memulihkan komunikasi darurat.
“Tentang starlink, pulsanya belum tahu siapa yang akan bayar. Namun dengan semangat membantu kami kirimkan berpuluh startlink ke daerah bencana,” jelasnya.
Terkait aksi penjarahan yang terjadi di beberapa lokasi, Maruli mengatakan hal itu dipicu kecemasan warga atas ketersediaan makanan.
“Tentang penjarahan mereka mungkin resah karena takut tak dapat makan, kami sudah terjunkan anggota ke daerah yang belum terakses sehingga mereka bisa mengatur masyarakat di sana dan kami kirimkan secara fast ropping,” jelasnya
Pemulihan Akses Transportasi
Untuk mempercepat pembukaan jalur darat, Maruli memastikan TNI telah menyiapkan jembatan bailey.
“Untuk jalur kamu sudah menyiapkan jembatan bailey paling lambat hari jumat akan berangkat 8 set mudah-mudahan bisa menghubungkan beberapa daerah yang kritis. Pemasangan 5 sampai 1 minggu,” kata Jenderal Maruli.