JAKARTA – Jepang tengah menghadapi cuaca panas ekstrem yang memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah modern.
Suhu mencapai 41 derajat Celsius, mencatatkan kondisi terparah yang pernah dialami Negeri Sakura.
Warga Negara Indonesia (WNI) di Tokyo, Zulkifli Mochtar, mengungkapkan situasi tersebut terasa jauh lebih menyengat dibandingkan musim panas tahun-tahun sebelumnya.
“Cuaca tahun ini sangat menyengat. Terasa berbeda dari musim panas sebelumnya yang pernah saya alami,” ungkap Zulkifli Mochtar dalam dialog Pro3 RRI, Jumat (8/8/2025).
Meski suhu ekstrem membuat aktivitas sehari-hari lebih berat, masyarakat Jepang tetap berusaha mempertahankan rutinitas.
Menurut Zulkifli, warga mengandalkan kipas portabel dan menjaga asupan cairan agar tetap bertahan di tengah panas terik.
“Warga tetap naik kereta, tetap kerja. Namun, sambil terus menyesuaikan dengan kondisi panas,” katanya.
Pemerintah Jepang merespons cepat dengan mengeluarkan peringatan dini di seluruh prefektur, mengingat ribuan orang dilaporkan dilarikan ke rumah sakit akibat heat stroke.
“Peringatan itu mencakup anjuran istirahat, minum cukup air. Kemudian juga harus segera mencari pertolongan bila terasa pusing,” ujarnya.
Zulkifli juga menceritakan, komunitas WNI di Jepang mencari berbagai cara untuk mengantisipasi dampak panas ekstrem.
Sektor konstruksi disebut sebagai bidang kerja paling rawan karena para pekerja langsung terpapar sinar matahari dalam waktu lama.
Penggunaan listrik untuk mendinginkan ruangan pun melonjak tajam selama gelombang panas berlangsung.
Meski begitu, ia menegaskan agar masyarakat Indonesia tidak berlebihan dalam merespons kabar tersebut.
“Yang penting tetap tenang, istirahat cukup. Jangan lupa segera mencari tempat teduh jika merasa tidak enak badan,” ucapnya.***