JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mendesak Presiden Venezuela, Nicolas Maduro untuk meninggalkan negara itu paling lambat 28 November 2025. Setelah tenggat waktu tersebut, Trump mengumumkan rencana penutupan wilayah udara Venezuela.
Panggilan telepon antara Trump dan Maduro berlangsung kurang dari 15 menit pada 21 November. Dalam percakapan itu, Maduro disebut meminta amnesti penuh bagi dirinya dan keluarga, pencabutan sanksi terhadap lebih dari 100 pejabat Venezuela, serta mengusulkan Wakil Presiden Delcy Rodriguez memimpin pemerintahan sementara hingga pemilu baru digelar. Laporan menyebut Trump menolak sebagian besar permintaan tersebut, meski tidak merinci secara spesifik.
Dilansir dari Sputnik, Selasa (2/12/2025), pada 29 November, Trump meminta maskapai penerbangan mempertimbangkan penutupan wilayah udara di atas dan sekitar Venezuela. Pemerintah Venezuela menolak tegas seruan itu dan meminta PBB serta Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mengecam pernyataan Washington, yang dianggap sebagai ancaman penggunaan kekuatan.
AS berdalih kehadiran militernya di Karibia bertujuan memerangi perdagangan narkoba. Pada September dan Oktober, angkatan bersenjata AS beberapa kali menghancurkan kapal yang diduga membawa narkoba di lepas pantai Venezuela.
Trump sebelumnya menyatakan masa jabatan Maduro “sudah dihitung,” namun menegaskan AS tidak berencana berperang dengan Venezuela. Caracas menilai langkah Washington sebagai provokasi yang mengganggu stabilitas kawasan dan melanggar perjanjian internasional mengenai status demiliterisasi serta bebas nuklir di Karibia.