JAKARTA — Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang panggung perdagangan internasional dengan mengirimkan hampir 200 surat resmi kepada negara-negara mitra dagang.
Surat tersebut bukan sekadar peringatan, melainkan pernyataan tegas soal penerapan tarif impor baru yang akan berlaku dalam waktu dekat.
Keputusan ini menandai kelanjutan dari kebijakan proteksionis sepihak yang sebelumnya diumumkan sejak awal April lalu.
Dalam keterangannya sebelum bertolak ke Inggris, Trump menyebut bahwa pengiriman surat itu bukanlah langkah biasa.
“Ketika surat itu dikirim, itu berarti kesepakatan. Mereka membayar tarif itu, dan itu pada dasarnya merupakan kontrak,” ujarnya pada Jumat (25/7/2025) seperti dikutip dari Xinhua.
Ia menambahkan bahwa tarif yang dikenakan tetap dalam kategori “minimal”, namun secara otomatis mengikat negara penerima tanpa peluang negosiasi ulang.
Pengiriman surat dalam jumlah besar ini menunjukkan arah baru kebijakan dagang Washington, di mana tarif impor dijadikan sebagai alat negosiasi yang bersifat mengikat.
Presiden Trump menegaskan bahwa surat tersebut adalah simbol legal dari kesepakatan yang harus dipatuhi negara tujuan. Dengan begitu, tak ada lagi ruang kompromi di meja perundingan.
Kebijakan Sepihak yang Picu Reaksi Internasional
Sejak kebijakan tarif diumumkan pada 2 April 2025, Washington telah secara bertahap menyampaikan surat ke berbagai negara, dengan tenggat penerapan tarif ditetapkan mulai 1 Agustus.
Langkah ini memicu respons keras dari sejumlah negara yang merasa dikucilkan dari sistem dialog multilateral.
Banyak pihak mengecam pendekatan sepihak AS karena dianggap mengancam stabilitas perdagangan internasional dan mengabaikan prinsip keadilan dagang global.
Sejumlah negara bahkan menyuarakan kekhawatiran terhadap meningkatnya risiko perang dagang.
Mereka menilai kebijakan tersebut dapat merusak kemitraan jangka panjang yang selama ini dibangun atas dasar saling pengertian dan kerja sama.
Ancaman bagi Stabilitas Ekonomi Global
Pakar ekonomi memperingatkan bahwa tekanan tarif secara sepihak justru berisiko memperburuk ketidakpastian global.
Dampak paling nyata yang dikhawatirkan adalah penurunan aktivitas perdagangan internasional, ketegangan hubungan diplomatik, serta terganggunya arus investasi lintas negara.
Kebijakan seperti ini, menurut analis, dapat menghambat pemulihan ekonomi global yang masih rapuh pascapandemi.
Banyak kalangan menilai langkah Trump lebih berorientasi politik ketimbang strategi ekonomi jangka panjang.
Tarik-ulur semacam ini dikhawatirkan justru akan memperkuat isolasionisme ekonomi Amerika Serikat di tengah kebutuhan dunia akan kolaborasi dan stabilitas.***




