JAKART – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump meminta Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perselisihan dengan China. Permintaan itu disampaikan dalam panggilan telepon pada Selasa (25/11/2025), menurut dua sumber pemerintah Jepang yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Takaichi sebelumnya memicu ketegangan diplomatik dengan Beijing setelah menyatakan di parlemen bahwa serangan hipotetis China terhadap Taiwan dapat memicu aksi militer Jepang. Pernyataan itu memicu protes keras dari Beijing dan desakan agar dicabut, namun hingga kini belum dilakukan.
Dalam percakapan dengan Trump, presiden AS menyampaikan keinginannya agar Takaichi tidak semakin membuat Beijing marah, sebagaimana diansir dari Reuters, Kamis (27/11/2025). Meski begitu, Trump tidak mengajukan tuntutan khusus terkait isu tersebut. Permintaan ini pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal.
Panggilan telepon itu berlangsung setelah Trump bertemu Presiden China Xi Jinping. Dalam pertemuan tersebut, Xi menegaskan bahwa “kembalinya Taiwan ke Tiongkok” merupakan bagian penting dari visi Beijing bagi tatanan dunia, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi Xinhua.
Taiwan menolak klaim kepemilikan Beijing dan menegaskan bahwa bergabung kembali dengan China bukanlah pilihan bagi 23 juta penduduknya.
China kemudian mendesak AS untuk mengendalikan Jepang agar tidak melakukan “tindakan untuk menghidupkan kembali militerisme.” Editorial surat kabar Partai Komunis menekankan, “Tiongkok dan Amerika Serikat memiliki tanggung jawab bersama untuk bersama-sama menjaga tatanan internasional pascaperang dan menentang segala upaya atau tindakan untuk menghidupkan kembali militerisme.”
Gedung Putih dalam pernyataan resmi menegaskan, “Hubungan Amerika Serikat dengan Tiongkok sangat baik, dan itu juga sangat baik bagi Jepang, yang merupakan sekutu dekat dan tersayang kami.”