JAKARTA – Indonesia tampil dominan di Wondr by BNI Indonesia Masters II 2025 Medan, raih empat dari lima gelar juara.
Gelar juara diraih di tunggal putra, ganda putra, ganda campuran, dan ganda putri dengan All Indonesian Final.
Keberhasilan ini menegaskan kualitas bulutangkis Indonesia sekaligus potensi regenerasi atlet muda Tanah Air.
Muhammad Zaki Ubaidillah keluar sebagai juara tunggal putra setelah kalahkan Dong Tian Yao 21-11/21-9.
Partai ganda campuran Marwan Faza/Aisyah Salsabila Putri Pranata menang tiga game 16-21/21-19/21-3.
Raymond Indra/Nikolaus Joaquin menaklukkan Choi Sol Gyu/Goh V Shem 21-18/13-21/24-22 di ganda putra.
All Indonesian Final ganda putri dimenangkan Apriani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti 21-11/21-17.
Sayang, di tunggal putri Indonesia gagal juara, podium tertinggi diraih Nozomi Okuhara setelah kalahkan Devika Sihag 21-11/21-9.
Wakil Indonesia Mutiara Ayu Puspitasari kalah dari Devika Sihag di semifinal 9-21/21-19/12-21 setelah penampilan impresif.
Wakil Ketua Umum I PBSI Taufik Hidayat hadir langsung dan memberikan apresiasi atas pencapaian atlet Indonesia.
“Kemenangan ini adalah hasil dari kerja keras, disiplin dan semangat juang para atlet serta dukungan penuh dari pelatih, tim pendukung dan tentunya masyarakat Indonesia.”
“Saya berharap prestasi di level 100 ini bisa menjadi motivasi dan menambah kepercayaan diri para atlet untuk terus berprestasi di level yang lebih tinggi,” ujar Taufik dalam keterangan resminya di Laman PBSI, Senin (27/10/2025).
Taufik menambahkan bahwa bulutangkis bukan olahraga instan, pembinaan sembilan bulan sudah membuahkan hasil nyata.
Nama-nama pemain muda seperti Muhammad Zaki, Raymond/Joaquin, Isyana/Rinjani, Marwan/Aisyah mulai tunjukkan kualitas permainan.
Mereka dianggap calon pebulutangkis masa depan Indonesia yang siap bersaing di level internasional.
PBSI menilai regenerasi atlet berjalan efektif dengan kombinasi pengalaman senior dan semangat pemain muda.
Kabid Binpres PP PBSI Eng Hian menyatakan sektor ganda putra patut diapresiasi karena gelar pertama di level 100.
Sektor tunggal putri dinilai cukup baik, dan performa Mutiara bisa terus ditingkatkan agar sejajar tren dunia.
Eng Hian menekankan pembinaan panjang, disiplin, dan kerja sama tim telah membawa keberhasilan yang signifikan.
Eng Hian menambahkan, pencapaian ini merupakan bagian dari proses akselerasi regenerasi atlet Indonesia.
“Pencapaian ini tentunya menjadi bagian dari proses akselerasi untuk regenerasi kecuali Apri/Fadia karena mereka diturunkan di turnamen ini untuk meraih gelar juara dan menaikkan ranking poin mereka.”
“Turnamen adalah bagian dari proses sekaligus pembuktian dari atlet-atlet potensial kita untuk meraih gelar juara secara bertahap dari level bawah kemudian naik ke level yang lebih tinggi.”
Kedepannya saya berharap Ubed, Faza/Aisyah, Raymond/Joaquin, Rinjani/Hira bisa menjadi berprestasi di level yang lebih tinggi,” kata Eng Hian menutup pembicaraan.***