Pagi yang hening di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pecah oleh isak tangis keluarga dan ratusan pelayat saat jenazah Epy Kusnandar akhirnya dimakamkan pada Kamis (4/12/2025) pukul 08.08 WIB. Setelah disemayamkan semalam di rumah duka pribadi di Jagakarsa, mobil jenazah tiba disambut derai air mata yang tak henti.
Karina Ranau, istri yang mendampingi Epy selama 22 tahun, tampak lemah lunglai, tak pernah lepas memeluk foto suaminya seolah tak rela melepaskan. Di sisinya, putra bungsu Quentin Stanislavski berusaha tegar mendampingi ibunda, sementara putra sulung Damar Rizal Marzuki baru tiba di tengah prosesi setelah menempuh perjalanan panjang.
Prosesi pemakaman dibuka dengan sambutan keluarga yang penuh haru. Karina, dengan suara tercekat, mewakili keluarga menyampaikan permohonan maaf sekaligus ucapan terima kasih.
“Saya sebagai istri yang menemaninya 22 tahun, mohon maaf kepada semua yang mengenal suami saya, Papi kami… jika ada salah kata, salah sikap, atau perbuatan yang kurang berkenan. Mohon dibukakan pintu maaf selebar-lebarnya agar perjalanan beliau ke surga-Nya Allah dilancarkan. Amin,” ucapnya sambil menahan tangis, disambut isakan pelayat.
Sutradara Preman Pensiun, Aris Nugraha, yang hadir bersama para pemain, tak kuasa menyembunyikan kesedihan. “Kami sebenarnya sedang menyiapkan Preman Pensiun 11. Tapi saya ikhlaskan jalan Epy menuju surga,” katanya lirih. Kata-kata itu seperti menggambarkan lubang besar yang kini menganga di dunia hiburan Indonesia.
Momen paling mengiris datang dari Quentin. Dengan suara gemetar, ia hanya mampu berkata singkat, “Enggak lihat aku masuk IKJ dong, Pi… Surga ya, Pi…” sebelum akhirnya menangis tersedu.
Quentin kemudian mengumandangkan azan dan iqamah, lalu jenazah diturunkan perlahan ke liang lahat di Blok AAII Unit Islam. Lantunan surat Yasin mengiringi gundukan tanah yang perlahan menutup makam, seolah menutup satu babak legenda bernama Kang Mus.
Saat tiba giliran menabur bunga, tangis Karina pecah lagi. “I love you, Pi… Sampai ketemu lagi. Jangan berubah ya,” bisiknya. “Kalau kamu pergi, siapa yang dengerin aku, Pi? Kamu pendengar aku yang terbaik…” Suaranya terputus oleh isakan keras. Melihat istrinya ambruk, keluarga segera menggendong Karina menuju tempat yang lebih tenang.
Rekan-rekan Preman Pensiun — dari Haji Bolot hingga kru produksi — berdiri tegar di sisi makam, melepas sahabat yang selalu jadi sumber tawa di balik layar. Mereka tahu, hari ini bukan hanya kehilangan seorang aktor, tapi juga kehilangan sosok pejuang yang pernah mengalahkan kanker otak dan menginspirasi jutaan orang.