JAKARTA – Filipina akan resmi menjadi ketua ASEAN pada 1 Januari 2026, mengambil alih estafet dari Malaysia di tengah kawasan yang penuh tantangan dan ketegangan. Presiden Ferdinand Marcos Jr. menyatakan kesiapan Filipina untuk memimpin ASEAN dengan tema “Navigating Our Future, Together“, menekankan pentingnya perdamaian, kemakmuran, dan pemberdayaan masyarakat sebagai fondasi kepemimpinan Manila. Berikut lima kondisi kawasan yang mendominasi agenda Filipina sebagai ketua ASEAN 2026.
1. Sengketa Laut China Selatan Memanas
Filipina memprioritaskan penyelesaian sengketa wilayah di Laut China Selatan, yang terus memanas antara negara-negara ASEAN dan Tiongkok. Baru-baru ini, insiden antara kapal penjaga pantai Tiongkok dan nelayan Filipina di Sabina Shoal menegaskan urgensi diplomasi maritim. Filipina berupaya mempercepat perundingan Code of Conduct (CoC) yang mengikat secara hukum, meskipun skeptisisme tetap tinggi karena perbedaan interpretasi hukum dan kepentingan strategis.
2. Krisis Myanmar Berkepanjangan
ASEAN masih terbelah dalam menangani krisis politik dan perang saudara di Myanmar. Filipina dituntut memimpin koordinasi sikap kolektif ASEAN, termasuk memutuskan apakah akan mengundang kembali pemimpin junta militer dalam pertemuan kawasan. Selain itu, Filipina juga akan memimpin upaya penunjukan utusan khusus ASEAN untuk mediasi dan memastikan bantuan kemanusiaan terus mengalir.
3. Ketegangan Maritim dan Konflik Regional
Selain Laut China Selatan, ketegangan maritim lain juga muncul di kawasan, seperti konflik antara Thailand dan Kamboja yang sempat memanas pada Desember 2025. Filipina diharapkan dapat memfasilitasi dialog dan pencegahan eskalasi, serta memperkuat kerja sama praktis seperti meteorologi laut dan akses ramah terhadap wilayah penangkapan ikan untuk menjaga stabilitas kawasan.
4. Ekonomi Digital dan Integrasi Timor-Leste
Filipina menargetkan percepatan integrasi ekonomi digital ASEAN dengan rencana penandatanganan ASEAN Digital Economy Framework Agreement. Tujuannya, ekonomi digital kawasan bisa tumbuh dua kali lipat menjadi 2 triliun dolar AS pada 2030. Selain itu, Filipina juga akan mempercepat proses integrasi Timor-Leste sebagai anggota penuh ASEAN, menegaskan komitmen kawasan untuk inklusivitas dan pemberdayaan.
5. Kredibilitas dan Tantangan Diplomasi ASEAN
ASEAN menghadapi tantangan kredibilitas global, terutama dalam menyelesaikan krisis regional secara efektif. Filipina diharapkan bisa membawa terobosan nyata, baik dalam isu keamanan maritim maupun politik. Namun, analis menilai bahwa tekanan internal dan eksternal membuat prospek terobosan masih sulit, terutama dengan perbedaan kepentingan antar negara anggota dan tekanan dari kekuatan besar seperti Tiongkok.
Filipina jadi ketua ASEAN 2026 bukan hanya soal memimpin forum, tapi juga menguji kemampuan diplomasi, koordinasi, dan ketahanan kawasan di tengah berbagai krisis yang saling terkait. Kepemimpinan Filipina akan menjadi ujian penting bagi masa depan ASEAN sebagai poros stabilitas dan kemakmuran di Asia Tenggara.