JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut seseorang dengan gaji Rp15 juta cenderung lebih sehat dan pintar dibandingkan mereka yang berpenghasilan Rp5 juta. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah wawancara dan langsung memicu perdebatan publik.
Pernyataan Menkes yang Mengundang Debat
Dalam pernyataannya, Menkes dengan tegas mengatakan, “Orang bergaji Rp15 juta pasti lebih sehat dan pintar dari Rp5 juta.” Kalimat ini langsung memicu berbagai reaksi di media sosial, mulai dari dukungan hingga kritikan pedas.
Menurut Menkes, penghasilan yang lebih tinggi memungkinkan seseorang untuk mengakses makanan bergizi, layanan kesehatan berkualitas, dan pendidikan yang lebih baik.
Faktor-faktor ini, katanya, berkontribusi pada kesehatan fisik dan kecerdasan kognitif.
Namun, apakah pernyataan ini benar-benar didukung fakta? Atau justru terlalu menyederhanakan masalah yang kompleks seperti kesehatan dan kecerdasan?
Gaji Tinggi = Hidup Sehat? Ini Faktanya
Penghasilan memang sering dikaitkan dengan kualitas hidup.
Orang dengan gaji lebih besar biasanya memiliki akses ke:
Pola makan sehat:
Bisa membeli makanan organik atau suplemen berkualitas.
Fasilitas kesehatan premium:
Mulai dari check-up rutin hingga perawatan spesialis.
Pendidikan dan pelatihan:
Kursus atau pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa kesehatan dan kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh uang. Faktor seperti genetik, lingkungan, stres kerja, dan gaya hidup juga punya peran besar.
Misalnya, seseorang dengan gaji Rp15 juta yang bekerja 12 jam sehari mungkin lebih rentan stres dibandingkan pekerja dengan gaji Rp5 juta yang punya waktu luang lebih banyak.
Reaksi Publik: Pro dan Kontra
Pernyataan Menkes ini langsung viral di jagat maya. Sebagian netizen setuju, dengan alasan bahwa penghasilan tinggi memudahkan hidup sehat.
“Makanan sehat itu mahal, gym juga butuh biaya. Wajar kalau gaji besar bikin hidup lebih baik,” tulis seorang pengguna X.
Di sisi lain, banyak yang menilai pernyataan ini diskriminatif.
“Jadi yang gaji kecil dianggap nggak sehat dan nggak pintar? Ini menyudutkan!” protes seorang warganet.
Ada pula yang menyinggung ketimpangan sosial, di mana akses kesehatan dan pendidikan seharusnya jadi hak semua orang, bukan cuma mereka yang bergaji besar.
Apa Solusinya?
Daripada memperdebatkan gaji, banyak pihak menyarankan pemerintah fokus pada pemerataan akses kesehatan dan pendidikan.
Program seperti BPJS Kesehatan, bantuan gizi untuk anak, dan pendidikan gratis bisa membantu mereka yang berpenghasilan rendah untuk hidup lebih sehat dan berkembang secara intelektual.
Menkes sendiri akhirnya memberikan klarifikasi, menegaskan bahwa pernyataannya bukan untuk merendahkan kelompok tertentu, melainkan untuk menyoroti pentingnya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
“Tujuan saya adalah mendorong kebijakan yang mendukung kesehatan dan pendidikan untuk semua lapisan masyarakat,” ujarnya.




