JAKARTA – Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025, perhatian publik tertuju pada komitmen bangsa dalam menjaga dan membina generasi penerus di tengah dinamika era digital.
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat upaya perlindungan anak demi mewujudkan Generasi Emas 2045.
“Anak-anak adalah penentu masa depan bangsa. Dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, terutama yang berbasis digital, dibutuhkan kerja bersama yang konsisten dan berkelanjutan,” ujar Jasra Putra dalam refleksi HAN 2025.
Penguatan Implementasi dan Perencanaan Ramah Anak
Indonesia telah memiliki kerangka regulasi perlindungan anak yang kuat. Namun, Jasra mengingatkan bahwa kerja nyata di lapangan masih memerlukan penguatan, terutama dalam aspek penegakan hukum, pengarusutamaan anggaran, dan perencanaan pembangunan yang berpihak pada anak.
“Keberhasilan melindungi anak tidak hanya diukur dari kebijakan, tetapi juga dari konsistensi pelaksanaannya di tingkat daerah dan keluarga,” tambahnya.
Keluarga sebagai Pilar Utama Perlindungan Anak
KPAI mencatat bahwa tantangan terbesar perlindungan anak masih bersumber dari klaster keluarga dan pengasuhan. Dengan rata-rata empat juta kelahiran setiap tahun, memastikan setiap anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih menjadi agenda prioritas.
“Peran keluarga, terutama orang tua, sangat penting dalam membentuk fondasi karakter dan perlindungan sejak usia dini,” jelas Jasra.
Transformasi Digital dan Tumbuh Kembang Anak
Di tengah perkembangan teknologi, anak-anak menghadapi tantangan baru seperti paparan gadget yang berlebihan. Pemerintah telah menggulirkan berbagai inisiatif, seperti program pemeriksaan kesehatan jiwa anak, sekolah rakyat, dan pengiriman relawan guru ke daerah terpencil untuk memastikan akses pendidikan inklusif dan berimbang.
“Dunia anak adalah dunia yang aktif dan penuh interaksi sosial. Kita perlu mengembalikan ruang-ruang bermain dan belajar yang sehat, agar anak dapat tumbuh optimal secara fisik dan emosional,” ujarnya.
Membangun Gerakan Nasional Ramah Anak
Jasra mengapresiasi berbagai kegiatan positif yang memfasilitasi anak untuk kembali bergerak dan bersosialisasi, seperti perayaan HAN di area Car Free Day yang melibatkan permainan tradisional.
Inspirasi juga datang dari luar negeri, seperti aktivitas fisik massal anak-anak di Tiongkok, yang mendorong semangat gerakan serupa di lingkungan RT/RW di Indonesia.
“Kita dapat mewujudkan gerakan masif yang menyatukan komunitas dalam mendukung tumbuh kembang anak secara seimbang, baik di kota maupun desa,” kata Jasra.
Langkah Progresif dan Harapan ke Depan
Dalam konteks perlindungan hukum, KPAI mendorong percepatan pengesahan RUU Pengasuhan Anak agar pengawasan dan perlindungan bisa dimulai sejak anak dalam kandungan.
Jasra juga menyambut baik pelaksanaan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), yang tahun ini memberikan remisi kepada 1.272 anak sebagai bagian dari pendekatan keadilan restoratif.
Di sisi lain, kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup juga menjadi bagian dari upaya menciptakan masa depan anak yang lebih baik.
“Kita perlu menanamkan nilai kepedulian terhadap alam sejak dini, agar generasi mendatang tumbuh menjadi manusia yang tangguh, sehat, dan peduli,” tegas Jasra.
Menumbuhkan Harapan, Menguatkan Komitmen
Meski berbagai tantangan masih dihadapi, Jasra menyampaikan optimisme bahwa dengan kolaborasi lintas sektor, masa depan anak-anak Indonesia akan semakin cerah.
“Kegagalan bukan akhir, melainkan panggilan untuk bangkit dan berbuat lebih baik. Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian, kita dapat menciptakan ruang aman dan penuh harapan bagi setiap anak,” pungkasnya.