JAKARTA – Tepat pada 11 Agustus 2003, sebuah operasi intelijen internasional berhasil mengakhiri pelarian salah satu buronan teroris paling dicari di dunia, Riduan Isamuddin, yang lebih dikenal sebagai Hambali. Penangkapan ini menjadi titik balik dalam perang melawan terorisme global.
Pentolan Jamaah Islamiyah (JI) ini ditangkap di Ayutthaya, Thailand, atas dugaan keterlibatannya sebagai otak di balik tragedi Bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang.
Hambali, yang kala itu menjadi figur kunci dalam jaringan teroris JI, ditahan dalam operasi gabungan yang melibatkan intelijen Thailand dan Amerika Serikat.
Setelah penangkapannya, ia sempat ditahan di Yordania sebelum akhirnya dipindahkan ke fasilitas penahanan militer Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba.
“Pelarian buron kasus teroris, Riduan Isamuddin alias Hambali berakhir di Ayutthaya, Thailand pada tanggal 11 Agustus 2003,” tulis laporan dari berbagai sumber.
Tragedi Bom Bali 2002, yang menargetkan kawasan wisata Kuta, menjadi salah satu serangan teroris terbesar di Indonesia.
Ledakan di Paddy’s Pub dan Sari Club tidak hanya merenggut nyawa ratusan orang, tetapi juga melukai lebih dari 200 lainnya, termasuk wisatawan asing. Penangkapan Hambali menjadi pukulan telak bagi jaringan JI, yang diduga memiliki hubungan dengan Al-Qaeda.
Menurut laporan intelijen, Hambali tidak hanya terlibat dalam Bom Bali, tetapi juga merencanakan serangan teror lainnya di Asia Tenggara.
Penangkapannya di Thailand menjadi simbol kerja sama internasional dalam memerangi terorisme, sekaligus mengirim pesan kuat kepada jaringan teroris bahwa mereka tidak bisa bersembunyi selamanya.
Kini, lebih dari dua dekade setelah kejadian tersebut, nama Hambali masih menjadi pengingat akan ancaman terorisme global.
Meski demikian, upaya penegakan hukum dan kerja sama antarnegara terus diperkuat untuk mencegah tragedi serupa terulang.




