TEL AVIV, ISRAEL – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan kritik tajam terhadap sejumlah pemimpin Barat dan negara lain yang mengakui Palestina sebagai negara. Pernyataan ini disampaikan saat ia bersiap berangkat ke Amerika Serikat pada Kamis (25/9/2025) untuk menghadiri pertemuan di Gedung Putih dan berpidato di Sidang Umum PBB ke-80 pada Jumat.
Kecaman Netanyahu muncul pasca-pertemuan puncak di sela Sidang Umum PBB yang dipimpin Prancis dan Arab Saudi. Pertemuan tersebut dihadiri sejumlah pemerintah Barat yang mendukung pengakuan negara Palestina, di tengah konflik Gaza yang telah berlangsung dua tahun.
Netanyahu menegaskan bahwa pengakuan tersebut tidak akan mengikat Israel dan menyebutnya sebagai “kapitulasi memalukan” terhadap apa yang ia sebut sebagai “teror Palestina.”
“Di Sidang Umum, saya akan menyampaikan kebenaran kami, kebenaran warga Israel, kebenaran tentara (Israel), kebenaran bangsa kami,” ujar Netanyahu di Bandara Ben Gurion sebelum keberangkatannya, sebagaimana dikutip AFP dari pernyataan kantornya.
“Saya akan mengutuk para pemimpin yang, alih-alih mengutuk para pembunuh, pemerkosa, dan pembakar anak-anak, ingin memberi mereka sebuah negara di jantung Israel. Ini tidak akan terjadi,” tegasnya.
Dalam lawatannya ke Washington, Netanyahu dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump untuk keempat kalinya. Ia berencana membahas peluang perdamaian dan kebutuhan Israel untuk mencapai tujuan perang, termasuk membebaskan sandera, mengalahkan Hamas, dan memperluas “lingkaran perdamaian.”
“Saya akan membahas dengannya peluang besar yang dibawa oleh kemenangan kami, serta kebutuhan kami untuk menyelesaikan tujuan perang: untuk membawa kembali semua sandera kami, untuk mengalahkan Hamas, dan untuk memperluas lingkaran perdamaian yang telah terbuka bagi kami,” kata Netanyahu.
Sementara itu, utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengisyaratkan adanya potensi terobosan signifikan terkait Gaza dalam waktu dekat. Ia menyebut Presiden Trump telah memperkenalkan “rencana 21 poin” untuk perdamaian di Timur Tengah dan Gaza, yang diklaim mampu menjawab kekhawatiran Israel serta negara-negara tetangga.
“Kami mempresentasikan apa yang kami sebut rencana 21 poin Trump untuk perdamaian di Timur Tengah dan Gaza. Saya pikir rencana ini menjawab kekhawatiran Israel serta kekhawatiran semua tetangga di kawasan ini,” ujar Witkoff tanpa membeberkan detail rencana tersebut.
“Kami berharap, dan bahkan bisa dibilang yakin, bahwa dalam beberapa hari mendatang kami akan dapat mengumumkan semacam terobosan,” tambahnya.
Netanyahu sendiri tetap teguh pada sikapnya menolak pengakuan negara Palestina, terutama oleh negara-negara seperti Inggris dan Prancis.
Pidatonya di PBB diperkirakan akan menjadi panggung untuk memperkuat narasi Israel di tengah ketegangan geopolitik yang kian memanas.