JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM mengawali tahun ini dengan catatan gemilang.
Pada paruh pertama 2025, perusahaan pelat merah di sektor pertambangan ini membukukan lonjakan laba bersih hingga 240% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Keberhasilan tersebut terutama ditopang oleh tingginya kinerja komoditas emas dan nikel yang menjadi penggerak utama pertumbuhan.
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025 (Januari–Juni/1H25), ANTAM mencatat laba bersih mencapai Rp5,14 triliun, melesat tajam dibandingkan perolehan semester I 2024 yang sebesar Rp1,51 triliun.
Sejalan dengan capaian itu, EBITDA perusahaan juga terkerek 194% menjadi Rp7,11 triliun.
Lonjakan ini menunjukkan efektivitas strategi diversifikasi bisnis, efisiensi biaya, serta inovasi yang dijalankan ANTAM di tengah tantangan pasar global.
Direktur Utama ANTAM, Achmad Ardianto, menegaskan bahwa pencapaian tersebut merupakan hasil konsistensi seluruh tim dalam menjaga ketahanan bisnis.
“ANTAM berkomitmen menjaga ketahanan keuangan perusahaan melalui pengelolaan bisnis yang prudent dan navigasi keuangan yang terarah.”
“Dengan pengendalian biaya yang disiplin, efisiensi yang dioptimalkan, dan strategi yang disesuaikan dengan kondisi pasar, perusahaan berhasil menjaga stabilitas operasional dan biaya tunai produksi yang kompetitif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin.
Pertumbuhan kinerja juga tercermin dari laba kotor Rp8,24 triliun atau naik 311% year-on-year, serta laba usaha yang menembus Rp6,14 triliun, melonjak lebih dari 1.000%.
Imbasnya, laba per saham dasar ikut terkerek menjadi Rp195,43 per saham, meningkat 203% dibandingkan tahun lalu.
Struktur Keuangan Makin Kokoh
Hingga Juni 2025, aset ANTAM tercatat Rp48,38 triliun atau naik 23% dari tahun sebelumnya, sementara ekuitas tumbuh 14% menjadi Rp33,71 triliun.
Arus kas operasi juga menguat hingga Rp2,29 triliun, naik 277%. Kenaikan ini membuat posisi kas perusahaan mencapai Rp10,51 triliun, memperlihatkan likuiditas yang solid dan kemampuan untuk memperluas investasi.
Penjualan Melonjak, Emas Jadi Primadona
Total penjualan bersih ANTAM pada semester I 2025 mencapai Rp59,02 triliun, tumbuh 155% dari tahun sebelumnya.
Dari angka tersebut, emas menjadi kontributor terbesar dengan nilai Rp49,54 triliun atau 84% dari total penjualan.
Penjualan emas ini naik 163% dibandingkan tahun lalu, didorong oleh permintaan domestik yang sangat tinggi serta gejolak geoekonomi global.
Tak hanya itu, volume penjualan emas juga mencapai 29,3 ton, naik 84% dari tahun sebelumnya.
Sementara produksi emas relatif stabil di kisaran 438 kilogram.
Pertumbuhan penjualan emas ritel didorong oleh kehadiran aplikasi digital “ANTAM Logam Mulia” yang diluncurkan Maret 2025, mempermudah akses masyarakat untuk bertransaksi emas fisik.
Nikel dan Bauksit Perkuat Basis Bisnis
Selain emas, segmen nikel memberikan kontribusi Rp7,87 triliun atau 13% dari total penjualan, melonjak 125% dibandingkan tahun lalu.
Penjualan bijih nikel bahkan mencatat rekor kuartalan tertinggi, mencapai 8,2 juta wmt, sejalan dengan produksi yang naik 117% menjadi 9,1 juta wmt.
Feronikel juga memberi kontribusi stabil dengan produksi 9.067 ton dan penjualan 5.763 ton.
Sementara itu, segmen bauksit dan alumina menyumbang Rp1,46 triliun, naik dua kali lipat dari tahun lalu, dengan volume produksi mencapai 1,38 juta wmt.
Kinerja positif di seluruh lini bisnis ini menegaskan peran strategis ANTAM dalam mendukung hilirisasi mineral nasional dan memperkuat posisinya sebagai pemain kunci industri tambang di Indonesia.***