JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan tren positif dengan ditutup menguat di posisi Rp16.598 per dolar AS, mencatat kenaikan 0,22 persen atau setara 37 poin berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (2/10/2025).
Penguatan rupiah kali ini masih dipengaruhi sentimen eksternal, terutama dari kondisi politik Amerika Serikat yang tengah dilanda penutupan pemerintahan akibat kebuntuan anggaran di Kongres.
“Pemerintah AS diperkirakan akan tutup selama tiga hari. Penutupan yang berkepanjangan akan merugikan perekonomian AS karena terganggunya layanan penting,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Kamis (2/10/2025).
Ancaman mantan Presiden Donald Trump yang menyinggung pemecatan pegawai federal menambah tekanan, ditambah potensi tertundanya rilis data ketenagakerjaan non-pertanian AS yang seharusnya diumumkan Jumat.
Kondisi tersebut memperkuat ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga Federal Reserve, dengan proyeksi 97 persen peluang pemotongan sebesar 25 basis poin pada Oktober ini, meski kemungkinan pemangkasan lebih agresif hanya tiga persen.
“Namun peluangnya hanya tiga persen untuk pemangkasan suku bunga yang lebih besar, yatu 50 bps,” ucap Ibrahim mengutip data CME Fedwatch Tool. Sejumlah pejabat The Fed juga mengingatkan bahwa inflasi yang stagnan menjadi penghalang pemangkasan suku bunga.
Dari dalam negeri, harapan pasar bertumpu pada langkah pemerintah dalam mempercepat stimulus tambahan demi menjaga pertumbuhan ekonomi tetap di atas lima persen hingga akhir tahun.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, pemerintah sedang menyiapkan Program Magang bagi lulusan baru perguruan tinggi melalui platform SIAP Kerja yang mulai dibuka pada 15 Oktober 2025, dengan melibatkan BUMN dan perusahaan swasta di bawah koordinasi Kadin Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga melanjutkan insentif fiskal pada sektor perumahan serta mendorong pengembangan pariwisata padat karya sebagai strategi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.***