Es teh manis sering menjadi minuman pendamping makan favorit karena rasanya segar dan manis. Namun, penelitian kesehatan menunjukkan bahwa kebiasaan ini memiliki dampak ganda: ada sedikit manfaat potensial, tapi lebih banyak risiko negatif, terutama jika dilakukan rutin.
1. Manfaat Potensial dari Antioksidan Teh
Teh dalam es teh manis mengandung polifenol dan katekin yang bersifat antioksidan, membantu mengurangi peradangan dan mengontrol lonjakan gula darah pasca-makan. Studi Journal of the American College of Nutrition (2018) menemukan bahwa polifenol teh dapat mendukung metabolisme selama makan, tapi manfaat ini hanya signifikan jika tehnya tidak terlalu manis—gula tambahan justru menetralkan efek positifnya.
2. Risiko Lonjakan Gula Darah dan Diabetes
Gula tambahan dalam es teh manis (bisa 20-50 gram per gelas) menyebabkan lonjakan insulin cepat saat makan, mengganggu pencernaan karbohidrat dan lemak. Penelitian American Journal of Clinical Nutrition (2023) menunjukkan konsumsi rutin minuman bergula meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 26%, karena tubuh kesulitan mengatur gula darah setelah makan berat.
3. Gangguan Penyerapan Zat Besi
Tannin dalam teh mengikat zat besi non-heme dari makanan (seperti dari sayur atau daging), mengurangi absorpsi hingga 50-70%. Meta-analisis British Journal of Nutrition (2017) mengonfirmasi bahwa minum teh saat makan dapat menyebabkan defisiensi zat besi jangka panjang, terutama pada wanita haid, anak-anak, atau vegetarian, berisiko anemia dengan gejala lemas dan pucat.
4. Masalah Pencernaan seperti Heartburn
Kafein (30-50 mg per gelas) dan dinginnya es dapat merangsang asam lambung berlebih serta mengganggu motilitas usus. Mayo Clinic (2024) menyatakan bahwa minum es teh manis saat makan sering memicu heartburn atau GERD pada orang dengan lambung sensitif, karena kombinasi kafein dan gula memperburuk refluks asam.
5. Beban pada Ginjal dan Risiko CKD
Gula tinggi meningkatkan filtrasi glukosa di ginjal, sementara kafein bersifat diuretik yang menyebabkan dehidrasi ringan. National Kidney Foundation (2023) melaporkan bahwa minuman bergula seperti es teh manis berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit ginjal kronis (CKD) hingga 30%, terutama jika dikonsumsi harian bersama makanan tinggi garam atau protein.
Secara keseluruhan, penelitian kesehatan merekomendasikan menghindari es teh manis sebagai pendamping makan rutin. Pilih air putih atau teh tawar untuk hidrasi optimal tanpa risiko tambahan. Jika tetap ingin minum teh, beri jeda 1-2 jam setelah makan agar penyerapan nutrisi tidak terganggu. Konsultasi dokter atau ahli gizi disarankan untuk kondisi kesehatan pribadi.