JAKARTA – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sidarto Danusubroto, Menyoroti Ancaman Intoleransi dan Terorisme Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024
Sidarto Danusubroto, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), mengingatkan tentang bahaya intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang dapat mengancam persatuan bangsa menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Dalam menghadapi berbagai ancaman yang mengintai Indonesia menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, penting untuk terus menerapkan dan mengamalkan Pancasila sebagai landasan persatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Sesudah menghadapi ancaman pandemi Covid-19, kita juga dihadapkan dengan bahaya intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Banyak temuan yang menunjukkan bahwa beberapa lembaga dan masyarakat terpapar ancaman ini,” ujar Sidarto saat menjadi pembicara utama dalam FGD yang diselenggarakan oleh Moya Institute dengan tema “Pancasila: Dinamika dan Tantangan yang Dihadapi?” seperti yang dilaporkan oleh Antara pada Jumat (26/5/2023).
Sidarto juga mengungkapkan bahwa intoleransi, radikalisme, dan terorisme dapat menginfiltrasi aparatur sipil negara (ASN) di berbagai institusi. Bahkan, ada indikasi bahwa radikalisme telah merasuki oknum TNI-Polri.
Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), Agus Pramusinto, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh Pancasila adalah perpecahan akibat perbedaan pilihan politik, yang diperparah dengan meningkatnya kasus korupsi.
Namun, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan, KASN bertanggung jawab dalam menjaga penerapan prinsip meritokrasi, serta mengawasi penerapan nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku bagi ASN.
Upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa ideologi Pancasila, wawasan kebangsaan, dan fungsi ASN sebagai pengikat persatuan bangsa tetap dijunjung tinggi oleh semua ASN di Indonesia.
“Kuncinya terletak pada upaya pencegahan dan pengingat yang kontinu kepada ASN untuk kembali melihat tugas utama dan meningkatkan kompetensinya sebagai abdi negara,” ujar Agus.
Imron Cotan, seorang pemerhati isu strategis nasional dan global, berpendapat bahwa Pancasila telah diuji melalui berbagai konflik ideologi, termasuk ekstrem kiri, ekstrem kanan, dan bahkan liberalisme.
“Pancasila telah lulus ujian dan mendapatkan predikat summa cum laude,”Tutupnya