SRINAGAR, INDIA – Ledakan keras mengguncang wilayah Kashmir hanya beberapa jam setelah India dan Pakistan menandatangani kesepakatan gencatan senjata, Jumat (10/5). Insiden ini langsung memicu saling tuding antara New Delhi dan Islamabad atas dugaan pelanggaran perjanjian damai yang dimediasi Amerika Serikat.
Sebelumnya pada Sabtu (10/5/2025), Presiden AS Donald Trump mengumumkan keberhasilan mediasi yang membawa India dan Pakistan ke meja gencatan senjata. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menulis, “Setelah semalam penuh pembicaraan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah sepakat untuk MELAKUKAN GENCATAN SENJATA PENUH DAN SEGERA.” Ia memuji kedua negara karena menggunakan “akal sehat dan kecerdasan hebat” dalam meredakan konflik yang melibatkan jet tempur, rudal, dan drone selama sepekan terakhir.
Namun, euforia damai itu segera pupus. Minggu pagi (11/5/2025), laporan dari Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, menyebutkan suara ledakan keras terdengar di kota-kota perbatasan. Kepala Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, mengungkapkan keheranannya melalui X: “Apa yang baru saja terjadi dengan gencatan senjata? Ledakan terdengar di seluruh Srinagar!!!”
Saling Tuduh di Tengah Dentuman Artileri
India langsung menuding Pakistan sebagai pihak yang melanggar kesepakatan. Sumber pemerintah India menyebut Islamabad memulai serangan, sementara staf AFP di Srinagar melaporkan serangkaian ledakan yang mengguncang wilayah tersebut. Juru bicara India, Vikram Misri, menyerukan Pakistan untuk bertanggung jawab.
“Kami menyerukan kepada Pakistan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi pelanggaran ini dan menangani situasi dengan keseriusan dan tanggung jawab,” ujar Misri dalam jumpa pers.
Sebaliknya, Pakistan membantah keras tuduhan tersebut. Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan komitmen mereka pada gencatan senjata dan justru menuding India sebagai pelaku pelanggaran.
“Pasukan kami menangani situasi dengan tanggung jawab dan pengendalian diri,” demikian pernyataan resmi mereka. Pakistan juga meminta agar semua pihak menahan diri dan menyelesaikan masalah melalui komunikasi resmi.
Di sisi lain, seorang pejabat senior di Kashmir yang dikelola Pakistan melaporkan adanya “baku tembak berkala sedang berlangsung” di Line of Control (LoC), perbatasan de facto yang memisahkan kedua wilayah. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Latar Belakang Konflik yang Tak Kunjung Usai
Konflik India-Pakistan di Kashmir bukanlah hal baru. Wilayah ini telah menjadi sengketa sejak 1947, ketika kedua negara memisahkan diri dari kekuasaan kolonial Inggris. Pakistan menginginkan Kashmir sebagai basis mayoritas Islam, sementara India bersikukuh menjadikannya wilayah Hindu. Perang besar pernah pecah pada 1947–1948, diikuti gencatan senjata yang dimediasi PBB pada 1949. Namun, ketegangan terus berulang, termasuk perang pada 1965 dan 1999.
Eskalasi terbaru ini dipicu oleh serangan India terhadap tiga pangkalan udara Pakistan, yang dibalas dengan serangan balasan dari Islamabad. Pertempuran selama empat hari itu mendorong AS untuk turun tangan, menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang kini kembali dipertanyakan.
Apa Selanjutnya untuk Kashmir
Situasi di lapangan kini dipantau ketat. Pertemuan lanjutan antara Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) India dan Pakistan dijadwalkan pada Senin (12/5/2025) untuk mengevaluasi perkembangan pasca-gencatan senjata. Namun, dengan ledakan yang terus terdengar dan tuduhan yang saling dilontarkan, harapan untuk perdamaian jangka panjang tampak semakin tipis.
Warga Kashmir, yang telah lama hidup di bawah bayang-bayang konflik, kembali diliputi ketidakpastian.
“Kami hanya ingin damai, tapi setiap kali ada harapan, ledakan selalu mengikuti,” ujar seorang warga Srinagar yang enggan disebut namanya.
Dengan kedua negara masih bersikukuh pada tuduhan masing-masing, dunia kini menanti langkah diplomatik berikutnya untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di wilayah yang penuh gejolak ini.




