BALI – Momen penuh haru mewarnai penutupan Kongres ke-VI PDI Perjuangan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, pada Sabtu (2/8/2025) siang. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, tak kuasa menahan tangis saat menyambut kehadiran Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, yang baru saja bebas berkat amnesti dari Presiden Prabowo Subianto.
Hasto tiba di lokasi kongres sekitar pukul 15.42 WIB, mengenakan kemeja merah khas PDIP dan dikawal sejumlah kader partai. Dengan penuh semangat, ia melangkah masuk sembari meneriakkan “Merdeka!” yang langsung disambut sorak sorai kader di dalam ruangan.
Saat itu, Megawati tengah menyampaikan pidato politik, namun ia terdiam sejenak begitu melihat Hasto memasuki panggung.
“Ternyata yang saya katakan, Satyam Eva Jayate. Ternyata kebenaran itu pasti menang. Alhamdulillah, Tuhan memberikan apa yang telah diinginkan oleh beliau,” ujar Megawati dengan suara terisak, mencerminkan keharuan mendalam atas kembalinya Hasto ke tengah keluarga besar PDIP.
Momen emosional ini terjadi saat Hasto naik ke panggung untuk menyalami Megawati. Keduanya berpelukan hangat, memicu tepuk tangan meriah dari ribuan kader yang hadir. Setelah itu, Hasto turun dari panggung, kembali meneriakkan “Merdeka!” dengan kepalan tangan, menggambarkan semangat perjuangan yang tak pudar.
Amnesti Prabowo dan Kembalinya Hasto
Hasto Kristiyanto resmi bebas dari tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat malam, 1 Agustus 2025, setelah menerima amnesti dari Presiden Prabowo Subianto. Amnesti ini menjadi yang pertama dalam sejarah KPK untuk terpidana kasus korupsi, menandai langkah bersejarah dalam dinamika politik Indonesia.
Sebelumnya, Hasto divonis 3,5 tahun penjara terkait kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI Harun Masiku dan perintangan penyidikan.
Keputusan amnesti yang disetujui DPR ini memungkinkan Hasto kembali bergabung dengan PDIP dalam momen krusial kongres partai.
Untuk diketahui, Kongres ke-VI PDIP di Bali tidak hanya menjadi ajang pengukuhan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum untuk periode 2025-2030, tetapi juga simbol kebersamaan dan keteguhan partai.
Kehadiran Hasto menjadi sorotan, mengingat ia sebelumnya menyampaikan pesan perjuangan dari balik jeruji besi, termasuk melalui pleidoi 108 halaman yang ditulis tangan menggunakan 62 pulpen.
“Saya tadinya berdoa tapi tidak terlalu berharap bahwa yang namanya Pak Hasto berada kembali di keliling kita,” ungkap Megawati, menegaskan bahwa kehadiran Hasto adalah jawaban atas doa dan harapan kader PDIP.
Kehadiran Hasto di kongres disambut antusias oleh kader PDIP, yang melihatnya sebagai simbol kemenangan kebenaran atas tantangan hukum. Deddy Yevri Sitorus, Ketua DPP PDIP demisioner, menyebut kehadiran Hasto menunjukkan bahwa “kejahatan pasti kalah melawan kebenaran.”
Sementara itu, spekulasi mengemuka soal kemungkinan Hasto kembali menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PDIP. Namun, Ketua Steering Committee Kongres ke-VI PDIP, Komarudin Watubun, menegaskan bahwa keputusan tersebut sepenuhnya menjadi hak prerogatif Megawati.
Momen ini juga mencerminkan dinamika politik yang lebih luas, termasuk hubungan antara PDIP dan pemerintahan Prabowo. Pertemuan antara Megawati dan tokoh Gerindra seperti Sufmi Dasco Ahmad sebelumnya menunjukkan upaya “merajut tali kebangsaan,” yang menjadi sinyal positif di tengah kompleksitas politik nasional.
Usai bebas, Hasto menyatakan akan menemui sejumlah senior partai untuk mengucapkan syukur sebelum terbang ke Bali.
Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Megawati dan seluruh kader PDIP yang mendukungnya selama masa tahanan, serta kepada Presiden Prabowo atas keputusan amnesti.
Dengan semangat “Merdeka!” yang digaungkan Hasto, kongres ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi internal PDIP, tetapi juga simbol ketahanan partai menghadapi berbagai ujian.




