WASHINGTON – Satuan tugas gabungan terorisme FBI tengah menyelidiki motif di balik penembakan terhadap dua tentara Garda Nasional hanya beberapa blok dari Gedung Putih pada malam Thanksgiving. Pejabat menyebut insiden itu sebagai serangan “penyergapan.”
Dilansir dari Reuters, Kamis (27/11/2025), Kedua prajurit, yang merupakan bagian dari misi penegakan hukum militer yang diperintahkan Presiden Donald Trump beberapa bulan lalu dan sempat ditentang pejabat Distrik Columbia di pengadilan, kini dirawat dalam kondisi kritis.
Tersangka, Rahmanullah Lakanwal, warga negara Afghanistan berusia 29 tahun, terluka dalam baku tembak sebelum ditangkap. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengonfirmasi identitasnya.
Trump sedang di Florida saat Garda Nasional Tertembak
Trump, yang berada di resornya di Florida saat kejadian, merilis pernyataan video pra-rekaman. Ia menyebut penembakan itu sebagai “tindakan jahat, tindakan kebencian, dan tindakan teror,” serta berjanji akan “memeriksa ulang” semua warga Afghanistan yang masuk ke AS selama masa kepresidenan Joe Biden.
Badan Kewarganegaraan dan Layanan Imigrasi AS kemudian menghentikan sementara seluruh permintaan imigrasi warga Afghanistan, “sambil menunggu peninjauan lebih lanjut terkait protokol keamanan dan pemeriksaan.”
Menurut DHS, Lakanwal masuk ke AS pada 2021 melalui program Operation Allies Welcome, yang memukimkan kembali ribuan warga Afghanistan yang pernah membantu pasukan AS di negaranya. NBC News melaporkan, berdasarkan keterangan kerabat, Lakanwal pernah bertugas di tentara Afghanistan selama 10 tahun bersama Pasukan Khusus AS dan sempat ditempatkan di Kandahar. Ia juga disebut bekerja di perusahaan ritel daring Amazon.
Seorang pejabat pemerintahan Trump mengatakan Lakanwal mengajukan suaka pada Desember 2024 dan disetujui pada April 2025, tiga bulan setelah Trump menjabat. Ia diketahui tinggal di negara bagian Washington dan tidak memiliki catatan kriminal.