JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menanggapi peristiwa penjarahan di sejumlah gerai Alfamart dan Indomaret di Sibolga, Sumatra Utara. Ketua Umum Aprindo, Solihin, menilai, aksi tersebut dilakukan oleh oknum dan tidak mencerminkan niatan pelaku industri ritel.
“Kan itu hanya dilakukan oleh oknum, kan nggak ada niatan,” ujar Solihin seusai konferensi pers Epic Sale 2025 di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Selasa (2/12/2025).
Solihin enggan merinci jumlah anggota Aprindo yang terdampak, namun menegaskan fokus utama saat ini bukan menghitung kerugian materiil, melainkan memastikan bantuan cepat dan tepat sasaran bagi korban banjir di Sumatra. Ia menyebut anggota Aprindo telah menyalurkan bantuan melalui aparat kepolisian setempat karena keterbatasan akses langsung ke lokasi terdampak.
Sebelumnya, penjarahan dilaporkan terjadi di gerai Alfamart, Indomaret, serta gudang Perum Bulog di Sibolga. Warga yang terisolasi sejak Senin (25/11) menerobos masuk ke gudang, merobohkan pagar, merusak gembok, dan mengambil beras serta minyak goreng.
“Kami memahami bahwa masyarakat sedang berada dalam situasi darurat akibat bencana banjir yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan terputusnya akses pangan,” kata Kepala Bulog Kanwil Sumut, Budi Cahyanto, Minggu (30/11/2025).
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menilai penjarahan ritel di sejumlah wilayah Sumatra merupakan dampak sulitnya warga memperoleh kebutuhan pokok. Wakil Ketua Bidang Advokasi YLBHI, Edy K Wahid, menyatakan pemerintah sebaiknya mengesampingkan unsur pidana dalam kasus tersebut.
Menurutnya, aksi warga bukan didasari niat jahat, melainkan reaksi atas kondisi darurat. Ia menekankan perlunya evaluasi penanganan bencana agar kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi.