JAKARTA – Federasi Senam Israel mengklaim bakal tampil di ajang prestisius Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 yang digelar di Jakarta, Indonesia, mulai 19 hingga 25 Oktober mendatang.
Berdasarkan laporan dari Jewish News Syndicate (JNS), Federasi Senam Israel telah secara resmi mendaftarkan timnya untuk berkompetisi di venue utama Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Klaim ini didukung oleh pernyataan bahwa pihak penyelenggara Indonesia telah memberikan lampu hijau, meskipun hubungan bilateral masih terbatas pada pengakuan de jure tanpa hubungan diplomatik penuh.
“Kami berkomunikasi langsung dengan penyelenggara dan yakin bahwa pertimbangan eksternal tidak akan memengaruhi olahraga ini,” ujar juru bicara Federasi Senam Israel seperti dilaporkan oleh JNS.
Pernyataan itu menekankan komitmen untuk menjaga netralitas kompetisi, dengan tambahan harapan: “Kami berharap penyelenggara kompetisi menyetujui keikutsertaan delegasi serta persyaratan keamanan untuk memastikan delegasi dapat berpartisipasi dengan aman dalam kejuaraan.”
Prestasi Atlet Israel yang Jadi Sorotan
Keikutsertaan Israel menambah daya tarik turnamen ini, yang diikuti lebih dari 500 atlet dari 80 negara. Salah satu bintang utama adalah Artem Dolgopyat, pesenam andalan Israel yang telah menyabet medali emas di nomor floor exercise Olimpiade Tokyo 2020 dan medali perak di Paris 2024.
Prestasi Dolgopyat tidak hanya menjadi modal kuat bagi Israel, tapi juga potensi magnet bagi penonton global yang mengikuti siaran langsung melalui platform streaming internasional.
Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 sendiri merupakan ajang kualifikasi utama menuju Olimpiade Los Angeles 2028, dengan total 18 medali emas yang diperebutkan di cabang putra dan putri. Indonesia, sebagai tuan rumah untuk pertama kalinya, berharap acara ini bisa memamerkan infrastruktur olahraga nasional sekaligus mempromosikan pariwisata Jakarta pasca-pandemi.
Meski penuh harapan, partisipasi Israel ini tak lepas dari nuansa kontroversial. Indonesia memiliki catatan panjang dalam menolak kehadiran tim Israel di ajang olahraga, termasuk pada 1958 ketika bersama Turki dan Sudan, Indonesia mundur dari kualifikasi Piala Dunia FIFA untuk menghindari pertandingan melawan Israel. Kini, Turki dan Sudan telah menormalisasi hubungan dengan Israel, sementara Indonesia tetap mempertahankan sikap pro-Palestina yang tegas.
Kasus terbaru terjadi pada 2023, saat Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA menolak kedatangan tim Israel, yang berujung pada pembatalan turnamen oleh badan sepak bola dunia tersebut. Insiden itu memicu perdebatan sengit soal politik versus olahraga, dengan banyak pihak internasional menyerukan pemisahan keduanya.
Namun, Federasi Internasional Senam (FIG) sebagai penyelenggara global menjamin bahwa Kejuaraan Dunia 2025 akan berjalan inklusif, sesuai Piagam Olimpiade yang menekankan persatuan melalui prestasi atletik. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI terkait isu ini, meski panitia lokal menegaskan fokus pada keamanan dan keramahan bagi semua peserta.
Dampak Potensial bagi Olahraga Indonesia dan Global
Keikutsertaan Israel bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk membangun citra sebagai tuan rumah netral di panggung internasional, sekaligus menguji kesiapan infrastruktur seperti JIExpo yang baru direnovasi.
Bagi atlet lokal seperti Rifda Irfanaluthfi, yang baru saja meraih perak di Asian Games 2023, ini adalah kesempatan belajar dari rival kuat seperti Dolgopyat.




