JAKARTA – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Muhammad Herindra menjelaskan dalam membangun sistem pertahanan sebuah negara tidak bisa diukur dalam satu sisi. Membangun sistem pertahanan negara yang kuat harus melibatkan berbagai faktor.
“Membangun sistem pertahanan kan tidak tidak hanya satu sisi. Harus komferensif baik itu Alutsista nya, kemudian personilnya. Lalu ada berbagai prosedurnya lainnya. kita bangun bersama-sama,” katanya usai mengisi Diskusi yang bertajuk, Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan Regional. di Menteng, Jakarta Pusat. Jumat (12/1/2024).
Ditambahkan Herindra, dalam pengadaan atau upgare Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) harus sesuai kebutuhan dan permintaan setiap matra. “Dan membangun alat perang ini kita gunakan sistem button up bagaimana user (angkatan/matra) memerlukan apa. Lalu diajaukan kepada kita. Kemudian kita evaluasi,” tambahnya.
Setelah kebutuhan ataupun permintaan pengadaan dievaluasi, masuk kedalam tahapan pengalokasian anggaran.”Tentunya dengan ketersediaan anggaran yang ada. Yang sebagaimana kita ketahui bersama-sama. Kalo anggarannya ada dan cocok yang akan sediakan,” jelasnya.
Selanjutnya. Dalam membangun sistem pertahanan yang kuat. Negara wajib mengembangkan industri pertahanan. Dengan begitu. Indonesia akan semakin mandiri dan disegani di kawasan.
“Kemudian mengembangkan inhan kita. Kemudian seperti yang sampaikan dalam diskusi tadi. Kita punya uang belum tentu kita bisa beli karena tidak semua negara mau jual sama kita. Makannya kita butuh diplomasi pertahanan ada aproach sana, aproach sini,” terangnya.
Jika negara tidak bisa mengembangkan industri pertahanannya. Kemudian jika negara mendapatkan sanksi embargo. Maka secanggih apapun alutsista tidak akan beropersi secara optimal.
“Ketika di embargo waktu itu. Sehingga beberapa alut ga bisa terbang ga bisa digunakan . Nah pengalaman itu kita gunakan evaluasi agar kedepan tidak terjadi seperti itu,” tutupnya.