JAKARTA – Situasi banjir Sri Lanka terus memburuk setelah jumlah korban jiwa akibat luapan air dan tanah longsor meningkat menjadi 334 orang hingga Senin (1/12/2025), sebagaimana dilaporkan France24.
Bencana besar yang dipicu Siklon Ditwah ini menjadi yang paling menghancurkan dalam 20 tahun terakhir, dengan kawasan tengah pulau mencatat kerusakan paling serius.
Tim penolong berjibaku membuka akses darat yang terhambat pohon tumbang serta material longsoran yang menutup jalur utama.
Pusat Manajemen Bencana (DMC) melaporkan kenaikan signifikan korban dari 212 menjadi 334 orang, sementara hampir 400 warga masih dinyatakan hilang dan lebih dari 1,3 juta penduduk terdampak hujan ekstrem.
Presiden Anura Kumara Dissanayake menetapkan keadaan darurat nasional untuk mempercepat penanganan sekaligus berkomitmen membangun kembali negara dengan dukungan komunitas internasional.
Ia menegaskan bahwa krisis ini merupakan bencana terbesar dalam sejarah Sri Lanka dan berjanji membangun kembali negeri tersebut dengan lebih kuat.
Meski curah hujan mulai menurun, sejumlah kawasan dataran rendah di Kolombo masih terendam dan otoritas bersiap menggelar operasi bantuan berskala besar.
Sebuah helikopter Bell 212 dilaporkan jatuh ke sungai saat mengirimkan makanan untuk pasien yang terisolasi di wilayah utara Kolombo, dan lima awaknya telah dievakuasi ke rumah sakit.
Di sisi lain, helikopter bantuan dari India berhasil mengevakuasi 24 orang, sementara Pakistan mengirim regu penyelamat dan Jepang tengah menilai kebutuhan mendesak Sri Lanka untuk mengirimkan bantuan.
Otoritas memperkirakan air di Kolombo baru akan surut setidaknya dalam satu hari ke depan, dibantu kondisi cuaca yang mulai kering.
Siklon Ditwah telah bergerak ke utara menuju India, sementara air yang surut di Manampitiya, 250 kilometer timur laut Kolombo, memperlihatkan kerusakan besar yang ditinggalkan bencana tersebut.***