RUSIA – Ketegangan di Eropa memuncak setelah anggota parlemen Polandia mendesak NATO menembak jatuh jet tempur Rusia yang diduga melanggar wilayah udara sekutu. Seruan ini memicu kekhawatiran dunia akan potensi pecahnya Perang Dunia III di tengah konflik Ukraina yang masih berlangsung.
Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, secara tegas menolak opsi tersebut, menekankan risiko bencana yang tak terbayangkan. “Ini akan menjadi langkah paling berbahaya yang bisa dibayangkan,” ujar Tusk, seperti dikutip dari media nasional Polandia pada 17 September 2024.
Latar Belakang Insiden yang Memanas
Konflik ini berakar dari insiden kritis di langit Lithuania, negara Baltik anggota NATO. Sebuah jet tempur Su-24 milik Rusia dilaporkan memasuki wilayah udara Lithuania selama 30 detik, memicu respons cepat dari skadron jet NATO yang berbasis di Polandia. Menurut laporan resmi, jet Rusia itu terbang hanya 1,5 kilometer dari wilayah udara Lithuania, memaksa dua jet F-16 NATO untuk mengerahkan diri dalam misi identifikasi.
Insiden serupa bukan hal baru. Data dari NATO menunjukkan peningkatan signifikan pelanggaran wilayah udara sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Hingga akhir 2023, aliansi militer itu telah mengerahkan jet tempurnya lebih dari 300 kali untuk mengintercept pesawat Rusia di wilayah Eropa Timur. Situasi ini semakin rumit dengan laporan intelijen yang menyebut Rusia sengaja menguji batas pertahanan NATO.
Desakan Kontroversial dari Parlemen Polandia
Di tengah kekacauan itu, Radoslaw Fogiel, anggota parlemen Polandia dari partai Hukum dan Keadilan (PiS), melontarkan seruan berani melalui media sosial. Fogiel menyerukan NATO untuk “menembak jatuh jet Rusia mana pun yang melanggar wilayah udara negara anggota,” dengan alasan bahwa langkah ini diperlukan untuk menjaga kredibilitas aliansi.
Pernyataan Fogiel langsung memicu perdebatan sengit di kalangan pakar keamanan internasional. Seorang analis dari Institut Studi Strategis di Warsawa menyatakan bahwa tindakan seperti itu bisa dianggap sebagai deklarasi perang oleh Moskow, mengingat Rusia masih mempertahankan status kekuatan nuklir terbesar kedua di dunia. Sementara itu, pendukung Fogiel berargumen bahwa ketegasan diperlukan untuk mencegah agresi lebih lanjut, terutama setelah serangan drone Rusia ke pelabuhan Ukraina baru-baru ini.
Respons Diplomatik dan Risiko Eskalasi
Pemerintah Polandia, di bawah Tusk, berupaya meredam situasi dengan diplomasi. Kementerian Luar Negeri Polandia telah mengirim nota protes resmi ke Kedutaan Rusia di Warsawa, menuntut penjelasan atas insiden tersebut. Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menegaskan komitmen aliansi untuk melindungi wilayah anggotanya tanpa memprovokasi konflik langsung.
Para ahli memperingatkan bahwa eskalasi udara seperti ini bisa menjadi pemicu Perang Dunia III, mirip dengan krisis rudal Kuba pada 1962. Menurut laporan think tank RAND Corporation, probabilitas konflik langsung NATO-Rusia meningkat 20% sejak 2022, didorong oleh latihan militer massal di perbatasan Baltik.
Dampak Global dan Langkah Selanjutnya
Insiden ini tidak hanya mengguncang Eropa, tapi juga memengaruhi pasar global. Harga minyak Brent melonjak 2% pasca-berita, sementara indeks saham Eropa turun 1,5%. Komunitas internasional, termasuk PBB, mendesak dialog darurat untuk mencegah spiral kekerasan.
NATO dijadwalkan menggelar pertemuan darurat pekan depan di Brussels untuk membahas protokol intercept udara yang lebih ketat. Sementara itu, Rusia membantah tuduhan pelanggaran, menyebutnya sebagai “manuver rutin” di wilayahnya sendiri.




