JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggenjot pola distribusi logistik ke berbagai titik bencana Aceh dengan mengombinasikan skema pengiriman darat dan udara yang berbasis pada Pos Pendamping Nasional Lanud Sultan Iskandar Muda Aceh Besar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melaporkan bahwa total bantuan yang sudah bergerak sejak awal masa tanggap darurat mencapai 14,78 ton hingga Rabu (10/12/2025).
Laporan itu merinci bahwa operasi darat membawa 9,85 ton suplai, sedangkan distribusi melalui udara mengangkut 4,93 ton bantuan ke wilayah yang sulit dijangkau.
“Bantuan yang dikirimkan sebagian besar berupa bahan pangan, kemudian paket sembako, makanan dan minuman siap saji, perlengkapan ibu dan bayi. Serta peralatan darurat seperti lampu darurat dan hygiene kit,” ujar Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Jalur darat difokuskan untuk mengalirkan logistik ke Pidie dan Bireuen sementara jalur udara diprioritaskan untuk area terisolasi seperti Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah, dan Aceh Tamiang.
Pengiriman udara melibatkan helikopter BNPB, pesawat Caravan, serta Caracal milik TNI AU yang digunakan untuk mempercepat jangkauan di area yang minim akses.
Sejak 28 November hingga 10 Desember 2025, total logistik yang diterima Pos Pendamping Nasional sudah menembus 448,6 ton dan sebanyak 334 ton telah berhasil dikirim ke masyarakat terdampak.
Sisanya, sebanyak 114,5 ton, sedang dalam proses pergerakan ke titik distribusi dan berisi suplai pangan, air bersih, obat-obatan, perlengkapan tidur, lampu tenaga surya, dan kebutuhan dasar lainnya.
Selain logistik utama, bantuan teknis seperti perahu karet, terpal, genset, kompresor, perangkat internet satelit, serta perlengkapan pribadi turut dipersiapkan untuk memperkuat dukungan lapangan.
BNPB menegaskan penguatan jalur darat penting untuk mempercepat penyaluran logistik nonpangan termasuk tenda dan sarana pendukung para pengungsi.
Sementara itu, jalur udara terus dijalankan untuk wilayah yang posko utamanya sulit ditempuh dari pusat distribusi sehingga pengiriman tetap berlangsung tanpa hambatan.
Abdul Muhari memastikan bahwa arus logistik di Pos Pendamping Nasional dikelola secara ketat agar tidak muncul penumpukan barang yang berpotensi menghambat layanan bantuan.
“Setiap bantuan yang masuk akan segera disalurkan dan tidak disimpan lebih dari dua hari,” katanya.
Upaya percepatan ini diharapkan menjawab kebutuhan dasar warga Aceh yang terdampak banjir dan longsor sekaligus menjaga ritme kerja tim lapangan selama masa tanggap darurat.***