JAKARTA – Pembangunan gudang Bulog kembali dikebut sebagai strategi memperkuat kapasitas beras nasional menjelang proyeksi lonjakan stok pada akhir 2025 hingga awal 2026.
Bulog menargetkan tambahan daya tampung hingga 1 juta ton melalui konstruksi 100 gudang baru yang tersebar di berbagai wilayah penghasil beras.
Langkah percepatan ini sekaligus menjadi respons atas kebutuhan serapan beras nasional yang diprediksi meningkat signifikan pada periode Desember 2025 hingga April 2026.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan bahwa pembangunan 100 gudang baru diproyeksikan mampu menambah kapasitas penyimpanan hingga satu juta ton beras dalam waktu dekat.
“Estimasinya dengan 100 gudang ini maksimal sampai 1 juta ton,” katanya di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa setiap unit gudang memiliki spesifikasi kapasitas berbeda mulai dari 1.000 ton hingga 7.000 ton sesuai potensi wilayah dan luas areal persawahan setempat.
Bulog tetap harus menambah fasilitas sewa karena kapasitas dari 100 gudang tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penyerapan secara menyeluruh.
Ahmad juga mengungkapkan bahwa Bulog kini menyiapkan sistem penyimpanan modern, termasuk opsi penggunaan plastik vakum untuk menjaga mutu komoditas dalam jangka panjang.
Dari total target, sebanyak 50 gudang dibangun di atas lahan Bulog yang sudah disiapkan dan telah diselaraskan dengan kementerian serta pemerintah daerah agar tidak terjadi tumpang tindih lokasi termasuk di wilayah 3T.
Ia menambahkan bahwa fasilitas tersebut akan sangat membantu masyarakat daerah terpencil terutama ketika distribusi terganggu cuaca ekstrem.
“Sesuai dengan arahan Presiden, kita akan membangun gudang secepatnya. Harapannya di bulan Maret nanti sudah jadi dan bisa masuk hasil panen. Di panen raya itu sudah bisa masuk ke gudang baru,” ujar dia.
Di sisi lain, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengingatkan bahwa potensi lonjakan stok beras dalam satu bulan mendatang bisa mencapai tingkat tertinggi sepanjang lima dekade.
“Perkiraan kami, 3 juta berarti tertinggi selama 57 tahun. Nah, sekarang harus dipersiapkan Februari (2026). Februari sampai April (2026) itu butuh penyerapan 3 juta ton,” katanya.
Ia menilai tantangan terbesar adalah memastikan seluruh gudang siap menampung lonjakan beras mulai awal 2026 tanpa mengurangi kualitas penyimpanan.
Meski demikian, Amran optimistis Bulog mampu menjalankan penyerapan secara maksimal berkat pengalaman panjang serta kesiapan struktur manajemen perusahaan.***