Kronologi Peristiwa
Berawal kepala SPPG Pangauban berinisial MC sedang melakukan persetujuan transaksi melalui aplikasi mobile banking milik salah satu bank BUMN. Saat mencoba login, sistem meminta penggantian kata sandi untuk alasan keamanan.
MC menghubungi layanan pelanggan bank melalui chat resmi di situs web bank. Namun, ternyata chat tersebut adalah akun palsu yang dikelola oleh penipu. MC diminta mengirimkan kode OTP (One-Time Password), data pribadi, dan informasi sensitif lainnya untuk “verifikasi”.
Setelah mendapatkan data, penipu langsung mengakses rekening dan mentransfer hampir seluruh saldo. Saat MC mengecek ulang, hanya tersisa Rp 12 juta dari total Rp 1 miliar. SPPG Pangauban mengunggah video klarifikasi di akun TikTok resminya (@sppgpangauban), menjelaskan ketidakmampuan beroperasi dan meminta maaf kepada penerima manfaat program MBG. Video ini cepat menyebar dan menjadi viral pada awal November 2025.
Pemilik SPPG, Hendrik, menyebut kejadian ini sebagai “kelalaian dari Kepala SPPG” karena terlalu percaya pada kontak tak dikenal. Analisis awal menunjukkan modus phishing, di mana penipu memanipulasi tampilan situs atau chat resmi untuk mencuri kredensial perbankan.
Layanan Dapur Terhenti
SPPG Pangauban terpaksa menghentikan layanan dapur dan pembelian bahan makanan untuk program MBG. Sebanyak 53 karyawan dirumahkan sementara karena tidak ada dana operasional.
Yayasan Prama Guna Nasional (PGN), yang mengelola SPPG, melaporkan kejadian ke Badan Gizi Nasional (BGN) melalui surat resmi Nomor 001/PGN/SPPG-PANGAUBAN/X/2025. Mereka juga berkoordinasi dengan pihak bank untuk pelacakan dana.Hingga 3 November 2025, polisi belum mengumumkan tersangka. Kasus ini sedang dalam penyelidikan sebagai tindak pidana siber.





