JAKARTA – Mayjen TNI Wahyu Yudhayana, perwira Raider lulusan Akmil 1998, kini resmi jadi Sekretaris Militer Presiden dengan kenaikan pangkat bintang dua per September 2025.
Pengangkatan ini disertai kenaikan pangkat dari Brigadir Jenderal (Brigjen) menjadi bintang dua, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Panglima TNI Nomor Kep/1334/IX/2025 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia, efektif September 2025.
Menyoroti karier cemerlang Wahyu Yudhayana, yang menggantikan Mayjen TNI Kosasih yang kini menjadi Pangdam Siliwangi. Dengan latar belakang pengawal pribadi Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Wahyu membawa pengalaman mendalam dalam keamanan VIP dan operasi militer, membuatnya ideal untuk peran koordinasi militer di istana negara.
Perjalanan Karier, Jabatan Kunci di TNI AD dan Paspampres
Wahyu Yudhayana memulai kiprahnya di TNI Angkatan Darat (AD) dengan menduduki posisi strategis di ibu kota.
Ia pernah menjabat Komandan Distrik Militer (Dandim) 0501/Jakarta Pusat dan 0503/Jakarta Barat, di mana tanggung jawabnya mencakup pengawasan keamanan wilayah urban yang padat dan rentan gangguan.
Pengalaman ini mempertajam kemampuannya dalam manajemen krisis lokal dan koordinasi dengan aparat sipil.
Puncak karier awalnya terjadi di Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Sebagai Wakil Komandan Grup D dan Wakil Komandan Detasemen Pengamanan Pribadi (Wadandenpampri) Presiden dalam Grup A, Wahyu langsung terlibat dalam protokol pengamanan SBY.
Peran ini menuntut kewaspadaan 24 jam, analisis ancaman intelijen, dan eksekusi rencana evakuasi darurat pengalaman yang kini menjadi aset berharga sebagai Sesmilpres.
Tak berhenti di situ, Wahyu juga dipercaya sebagai Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad). Di posisi ini, ia mengelola strategi komunikasi militer, termasuk penanganan berita sensitif dan hubungan media, yang krusial untuk menjaga citra TNI di mata publik.
Pengalaman Operasi, Pemberontakan Aceh hingga Misi Perdamaian Sudan
Sebagai perwira operasional, Wahyu Yudhayana memiliki catatan tugas domestik dan internasional yang mengesankan.
Ia memimpin satuan di jajaran TNI AD selama penanganan pemberontakan di Aceh, menghadapi konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang memerlukan taktik kontra-insurgensi, patroli hutan, dan upaya rekonsiliasi pasca-tsunami 2004.
Operasi ini tidak hanya menguji ketangguhan fisik, tapi juga kemampuan diplomasi militer untuk mendukung perdamaian Helsinki 2005.
Di luar negeri, Wahyu turut dalam konflik Sudan sebagai bagian dari misi PBB. Tugasnya meliputi pengamanan zona perang, distribusi bantuan kemanusiaan, dan kolaborasi dengan pasukan asing di tengah ketegangan etnis dan politik.
Pengalaman ini menambah dimensi global pada profilnya, membuktikan adaptasi di lingkungan multikultural dan berisiko tinggi, sesuai standar pasukan perdamaian internasional.
Kenaikan pangkat dan jabatan baru ini mencerminkan pengakuan TNI atas dedikasi Wahyu selama lebih dari dua dekade.
Sebagai Sesmilpres, ia akan memberikan advis keamanan langsung kepada presiden, mendukung kebijakan pertahanan, dan memastikan sinergi antara militer dengan eksekutif.





