JAKARTA – Banjir lahar hujan Gunung Semeru kembali terjadi dan menyebabkan kenaikan signifikan debit sungai di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) Semeru, khususnya di wilayah Desa Gondoruso, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (21/12/2025).
Fenomena banjir lahar hujan Gunung Semeru ini terpantau berlangsung lebih dari tiga jam dan tercatat secara instrumental oleh Pos Pengamatan Gunung Semeru melalui pemantauan kegempaan intensif.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, dalam laporan tertulisnya menyampaikan bahwa selama periode pengamatan enam jam terakhir, tepatnya pukul 12.00 hingga 18.00 WIB, terekam satu kali gempa getaran banjir yang berkaitan langsung dengan aktivitas lahar hujan.
“Gempa getaran banjir memiliki amplitudo 45 mm dengan durasi mencapai 12.000 detik,” kata Liswanto, dalam keterangan tertulis Minggu (21/12/2025).
Selain gempa getaran banjir, aktivitas vulkanik Gunung Semeru juga ditandai dengan 30 kali gempa letusan atau erupsi yang memiliki amplitudo 12–22 mm serta durasi 91–114 detik.
Aktivitas kegempaan lainnya mencakup tiga kali gempa guguran dengan amplitudo 5–7 mm dan durasi 47–56 detik, serta satu kali gempa harmonik dengan amplitudo 11 mm dan durasi 69 detik.
Secara visual, Gunung Semeru terpantau tertutup kabut dengan tingkat 0 hingga III sehingga kolom asap kawah tidak dapat diamati secara langsung dari pos pemantauan.
Kondisi cuaca di kawasan Gunung Semeru dilaporkan cerah hingga berawan dengan kecepatan angin lemah yang bergerak ke arah selatan dan barat daya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lumajang, Isnugroho, menjelaskan bahwa hujan berintensitas tinggi di kawasan puncak Gunung Semeru menjadi pemicu utama terjadinya banjir lahar hujan.
“Debit air cukup deras. Kami mengimbau para penambang untuk menjauh dari DAS yang berhulu di Semeru,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Lumajang memastikan bahwa hingga saat ini banjir lahar hujan tersebut masih dalam kondisi terkendali dan belum menimbulkan dampak langsung terhadap permukiman warga.
Isnugroho juga menegaskan bahwa belum ada laporan kerusakan infrastruktur maupun fasilitas umum akibat banjir lahar hujan di wilayah Kabupaten Lumajang.
Sementara itu, status Gunung Semeru masih berada pada Level IV atau Siaga sesuai dengan ketetapan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dengan radius sejauh 13 kilometer dari puncak atau pusat erupsi.
Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terdampak awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
“Kami juga mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru. Sebab, kawasan tersebut rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” katanya.
Warga di sekitar Gunung Semeru diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi awan panas, guguran lava, serta lahar hujan yang dapat mengalir melalui sungai-sungai berhulu di puncak Semeru.
Daerah yang perlu mendapat perhatian khusus meliputi Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, serta aliran sungai kecil yang menjadi bagian dari sistem DAS Besuk Kobokan.***