JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKB, Oleh Soleh, mengecam keras kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI yang diduga tewas akibat penganiayaan oleh seniornya di Asrama Teritorial Pembangunan 834 Wakanga, Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Insiden ini memicu kemarahan publik dan menyoroti urgensi reformasi disiplin internal TNI.
Oleh Soleh menuntut TNI segera mengusut kasus ini secara transparan dan menyeret pelaku ke pengadilan militer untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. “Peristiwa ini sangat memprihatinkan. Tidak boleh ada pembiaran. Pelakunya harus diadili dan dihukum setimpal. Kekerasan di tubuh TNI tidak boleh lagi terjadi,” tegas legislator dari Dapil Jawa Barat XI, Jumat (8/8/2025).
Prada Lucky, anggota baru Batalion Pembangunan 843 yang baru bertugas sebulan di Nagekeo, ditemukan dengan luka parah, termasuk lebam, memar, dan bekas tusukan di kaki serta punggung. Meski sempat dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUD Aeramo, Nagekeo, nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Menurut Oleh Soleh, kasus ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga mencoreng reputasi TNI sebagai penjaga kedaulatan negara. “TNI adalah penjaga kedaulatan negara. Disiplin dan jiwa korsa seharusnya menjadi kekuatan positif, bukan digunakan untuk melakukan kekerasan terhadap sesama prajurit,” ujarnya.
Ia mendesak polisi militer bertindak cepat mengungkap pelaku dan meminta Panglima TNI memastikan budaya kekerasan di satuan militer diberantas. “Kita semua berduka atas wafatnya Prada Lucky. Keluarga korban berhak mendapatkan keadilan. TNI harus membuktikan bahwa mereka tegas menindak anggotanya yang bersalah, tanpa pandang bulu,” tambahnya.
Oleh Soleh juga menyoroti perlunya perbaikan sistem pembinaan prajurit dan penegakan hukum internal yang lebih ketat untuk mencegah kasus serupa berulang. “TNI harus menunjukkan komitmen nyata memberantas kekerasan di lingkungan asrama dan satuan,” tegasnya.
Kasus kematian Prada Lucky, yang baru lulus pendidikan militer dua bulan lalu, telah memicu gelombang kecaman di media sosial. Beredarnya foto dan video yang menunjukkan luka-luka di tubuh korban semakin memperkuat dugaan penganiayaan. TNI diminta segera memberikan klarifikasi resmi dan memastikan keadilan bagi keluarga korban.




