OBLAST KURSK, RUSIA – Dua tentara Korea Utara yang terluka telah ditangkap sebagai tawanan perang oleh pasukan Ukraina di Oblast Kursk, Rusia, pada Sabtu (11 Januari 2025).
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan penangkapan tersebut dan menyatakan bahwa kedua pria itu telah diberikan “bantuan medis yang diperlukan” dan kini berada dalam tahanan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) di Kyiv.
Zelensky mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pasukan terjun payung Ukraina serta tentara dari Pasukan Operasi Khusus yang berhasil menangkap warga Korea Utara tersebut.
Menurutnya, penangkapan ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat tentara Rusia dan Korea Utara biasanya mengeksekusi prajurit mereka yang terluka untuk menghapus bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang Ukraina.
Badan intelijen Ukraina, SBU, menjelaskan dalam pernyataan resmi bahwa kedua tahanan tersebut ditangkap pada 9 Januari dan segera diberi perawatan medis sesuai dengan Konvensi Jenewa. Setelah itu, mereka dibawa ke Kyiv dan ditahan sesuai dengan persyaratan hukum internasional.
Namun, komunikasi dengan para tahanan sempat mengalami kendala karena mereka tidak bisa berbahasa Ukraina, Inggris, atau Rusia. Oleh karena itu, penerjemah bahasa Korea yang bekerja sama dengan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) digunakan untuk menjembatani percakapan.
Dalam pernyataan yang diunggah di Telegram dan X, Zelensky mengatakan bahwa kedua prajurit itu kini telah berbicara dengan penyidik SBU. Ia juga menginstruksikan Dinas Keamanan Ukraina untuk memberikan akses kepada wartawan agar dunia dapat mengetahui
“kebenaran tentang apa yang sedang terjadi.”kata Zelensky
Selain itu, Zelensky membagikan empat foto yang menyertai pernyataannya. Dua dari foto-foto tersebut memperlihatkan kondisi para tahanan yang terluka, sementara salah satu foto lainnya menunjukkan kartu identitas militer Rusia dengan nama yang tercatat di Republik Tuva, daerah yang terletak dekat Mongolia.
Badan intelijen Ukraina melaporkan bahwa salah satu dari para tahanan membawa kartu identitas militer Rusia yang dikeluarkan untuk orang lain yang terdaftar di Republik Tuva. Tahanan tersebut mengungkapkan bahwa ia menerima kartu identitas itu di Rusia pada musim gugur 2024, tepatnya setelah beberapa unit tempur Korea Utara menjalani pelatihan interoperabilitas selama seminggu. Ia juga menekankan bahwa tujuannya saat itu adalah untuk menjalani pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.
Sementara itu, tahanan kedua dilaporkan mengalami cedera pada rahangnya sehingga memberikan sebagian jawabannya secara tertulis. Dipercaya lahir pada 1999, tahanan ini dilaporkan telah bertugas sebagai penembak jitu pengintai sejak 2016.
Konvensi Jenewa menekankan bahwa pemeriksaan terhadap tahanan harus dilakukan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, dan tahanan harus dilindungi dari sorotan publik. Kantor Presiden Zelensky menambahkan bahwa Rusia mencoba menyembunyikan identitas asli para tahanan dengan memberikan dokumen palsu yang menyebutkan mereka berasal dari Tuva atau wilayah lain yang dikuasai Moskow. Namun, menurut pernyataan kantor presiden, “orang-orang ini sebenarnya warga Korea Utara.”
Sementara itu, pasukan Rusia yang bertugas di Ukraina pada 2014 juga dikenal menggunakan pasukan tanpa tanda pengenal pada seragam mereka, meski Kremlin membantahnya. Ketika Presiden Vladimir Putin ditanya tentang keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Ukraina tahun lalu, ia mengakui bahwa itu adalah “keputusan kedaulatan” Rusia.
Pada bulan Desember, badan intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa seorang tentara Korea Utara yang ditangkap oleh pasukan Ukraina dalam perang ini telah tewas setelah ditahan hidup-hidup. Selain itu, Gedung Putih juga mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara mengalami banyak korban dalam konflik tersebut.
Dinas Keamanan Ukraina saat ini sedang melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak tentang keterlibatan militer Korea Utara dalam perang yang dipimpin Rusia melawan Ukraina. Investigasi ini dilakukan di bawah arahan Kantor Kejaksaan Agung Ukraina, berdasarkan Pasal 437 KUHP Ukraina yang mengatur tentang merencanakan, mempersiapkan, dan melancarkan perang agresif.




